
'Hilang' Raja Salman Jadi Sorotan, Segera Turun Takhta?

Jakarta, CNBC Indonesia - Tak munculnya penguasa Arab Saudi, Raja Salman bin Abdulaziz dari publik semakin kencang dipertanyakan. Terbaru, Raja Arab Saudi itu tidak menghadiri pertemuan raja-raja Arab, di mana Saudi menjadi tuan rumahnya awal pekan ini.
Dari menyambut hingga memimpin pertemuan regional itu, Putra Mahkota Mohammad bin Salman (MBS) selalu mengambil alih. AFP bahkan menulisnya "Raja Arab Saudi tanpa Mahkota".
Hal ini menimbulkan banyak sorotan tentang kesehatan pria 86 tahun itu. Memang MBS sendiri sudah memimpin Saudi sejak Juni 2017 secara de facto, namun keramahannya yang tak terlihat dari sang ayah adalah hal tak biasa.
Ia juga tak nadir saat Presiden Prancis Emmanuel Macron datang ke Saudi pekan lalu. Padahal, kehadiran Macron bisa menjadi penting untuk Saudi, di tengah panasnya barat soal isu hak asasi manusia (HAM) di negara itu.
"Gagasan bahwa putra mahkota adalah penguasa de facto negara, bertemu dengan presiden asing dan memimpin pertemuan puncak, hanya terjadi sebelumnya ketika raja-raja Saudi tidak dalam kondisi kesehatan yang baik," kata peneliti dari Carnegie Endowment for International Peace Yasmine Farouk, dikutip Jumat (17/12/2021).
"Apa yang baru adalah bahwa sekarang ada penerimaan nasional dan media dari peran paralel, bahkan lebih penting, untuk putra mahkota bahkan ketika Raja Salman memenuhi semua tugasnya."
Banyak yang menyebut, sejak Covid-19, raja tinggal di Neom, kota baru Saudi senilai US$ 500 miliar. Kota itu digadang-gadang sebagai wilayah futuristik menghadap Laut Merah.
Meski begitu, penasihat pemerintah Saudi Ali Shihabi mengatakan raja baik-baik saja dan hanya berhati-hati dalam melakukan perjalanan dan pertemuan-pertemuan besar.
"Sumber yang dapat dipercaya mengkonfirmasi bahwa Raja dalam kesehatan yang sangat baik, berolahraga setiap hari, dan lain-lain. Tetapi berusia 86 tahun tentu merasa tidak nyaman mengenakan masker," ujarnya dalam akun Twitternya.
MBS sendiri memang bukanlah figur biasa. Putra mahkota itu memiliki visi untuk menghindari dependensi terhadap minyak dengan mulai membuka keran pariwisata dan juga investasi ke negara itu.
Hal ini diwujudkan dengan mulai membuka tempat wisata yang memberikan kebebasan berpakaian, termasuk pantai khusus menggunakan bikini. Ini cukup bertentangan dengan karakteristik ultra-konservatif yang dimiliki Saudi.
MBS juga kontroversial arena diyakini terkait pembunuhan Jurnalis Arab Saudi yang aktif mengkritik pemerintahan Riyadh, Jamal Khashoggi. Koresponden Washington Post itu dibunuh di konsulat Arab Saudi di Istambul talun 2018.
"Setiap pengaturan saat ini dengan istana kerajaan hanya terjadi melalui kantor putra mahkota," seorang diplomat barat, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan kepada AFP.
"Raja tidak lagi ada dalam gambarnya... (MBS) bukan lagi calon tapi dia adalah raja di istana."
Pengamat lain menilai jalannya menuju takhta sudah jelas. Bahkan tanpa hambatan karena tak ada saingan.
"Tidak ada sumber oposisi yang dapat diidentifikasi di dalam atau di luar keluarga kerajaan," kata pakar Timur Tengah yang berbasis di Washington, Hussein Ibish.
"MBS memang menjadi lebih menonjol dan kuat".
(tps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Raja Salman Tinggalkan Rumah Sakit, Bagaimana Kondisinya?