
Efek Ganda Transisi EBT, Swasta Harus Berperan!

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan pengembangan energi baru terbarukan harus menciptakan efek multiplier atau ganda terhadap perekonomian.
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengungkapkan, untuk mengejar net zero emission pada 2060, dibutuhkan sebanyak 57 Giga Watt (GW) pembangkit dari energi baru terbarukan (EBT).
Oleh karena itu, dalam Rancangan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2021-2030, pemerintah memasang target pembangunan pembangkit EBT lebih tinggi dari energi fosil. Atau mencapai 51,6% atau 29 GW dari 43 GW dalam RUPTL tersebut.
Dalam mendorong terlaksananya netral karbon, kata Arifin Indonesia akan mengembangkan dan mengkoneksikan energi baru dengan sumber energi baru terbarukan.
"Melalui super grid yang akan menjalankan divergensi antara EBT dan lokasi-lokasi permintaan tinggi yang bisa mengurangi intermitensi pembangkitan," jelas Arifin dalam acara A Green Horizon, Toward A High Growth And Low Carbon Economy, Kamis (16/12/2021).
Dalam menuju transisi energi, investasi pun perlu ditingkatkan. Pasalnya, dalam jangka panjang investasi sumber daya energi baru terbarukan dibutuhkan investasi sebesar US$ 1 triliun atau setara Rp 14.300 triliun (kurs Rp 14.300/US$) hingga 2060 mendatang.
Diharapkan dengan adanya transisi energi ini, energi baru terbarukan bisa bersaing secara kompetitif. Pihaknya juga berharap terjalinnya kerja sama dengan berbagai pihak, terutama swasta agar dapat menciptakan efek ganda pada perekonomian nasional.
"Ini menjadi penting untuk menuju transisi energi untuk bisa meningkatkan investasi yang menarik dengan skema pendanaan yang dapat menjangkau pembangunan energi baru terbarukan," tuturnya.
"Mesikpun investasi ini tidak murah, pengembangan energi baru terbarukan harus menciptakan efek ganda pada perekonomian," jelas Arifin.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Nyinyir Soal Emisi Karbon: Cuma Ngomong, Saya Pun Bisa