Omicron Sudah Masuk RI, Pengusaha Ini yang Paling Was-Was!

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
Kamis, 16/12/2021 14:10 WIB
Foto: Penumpang WNA tengah berjalan saat tiba di ruang kedatangan di Terminal 3 Bandara Soetta, Tangerang, Banten, Senin (29/11/2021). Pemerintah memutuskan untuk menambah waktu karantina bagi WNA dan WNI yang masuk ke Indonesia untuk mencegah penyebaran Covid-19 varian baru, Omicron. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah resmi mengumumkan virus Corona varian Omicron masuk ke Indonesia. Hal ini bisa berpotensi berdampak luas terhadap sejumlah sektor ekonomi, salah satunya sektor yang mengandalkan mobilitas yakni pariwisata bila ada pembatasan sosial yang lebih ketat.

Ketua Umum Asosiasi Travel Agent Indonesia Pauline Astindo menyadari bahwa kejadian ini bisa berdampak luas, salah satunya terhadap pergerakan orang. Ia berharap pemerintah bisa lebih bijak dalam menghadapi situasi ini.

"Kami sebagai pelaku tentunya mengharapkan agar pemerintah tidak mengeluarkan peraturan-peraturan yang membuat masyarakat jadi memberatkan untuk bepergian," katanya kepada CNBC Indonesia, Kamis (16/12/21).


Belajar dari pengalaman di akhir tahun lalu, ketika pemerintah memperketat aturan perjalanan dengan syarat PCR, maka sektor pariwisata sangat terganggu. Pelaku pariwisata berharap itu tidak kembali terjadi di tahun ini. Sebagai gantinya, pemerintah perlu tanggap dalam tindakan lain.

"Lebih ke pengetatan protokol kesehatan, tracing," ujarnya.

Pemerintah memang perlu bertindak cepat dalam tracing. Pasalnya Varian Covid-19 Omicron diyakini berkembang 70 kali lebih cepat dari versi asli corona dan varian Delta dalam 24 jam.

Varian Omicron terdeteksi akhir November di Afrika Selatan (Afsel). WHO memasukkannya ke dalam "varian of concern", yang perlu diwaspadai bersama Delta.

Sudah lebih dari 72 negara terinfeksi. Meski bergejala ringan, Inggris melaporkan kematian pertama Omicron awal pekan ini.


(hoi/hoi)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Wamen Stella Ungkap Kolaborasi & Insentif Riset Jadi Prioritas