HSBC Kasih Surprise! 'Kiamat' Batu Bara Makin Dekat?

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
Rabu, 15/12/2021 10:14 WIB
Foto: Suasana penambangan di tambang terbuka dekat Dhanbad, sebuah kota di India timur di negara bagian Jharkhand, Jumat, 24 September 2021. (AP/Altaf Qadri)

Jakarta, CNBC Indonesia - HSBC, bank terkemuka Eropa untuk perusahaan Asia, berencana mengakhiri pembiayaan untuk proyek-proyek batu bara mulai 2023. Ini selaras dengan target emisi nol karbon dunia pada tahun 2050.

Pada KTT COP26 bulan lalu di Skotlandia, negara-negara di dunia setuju menekan penggunaan bahan bakar fosil untuk mengurangi dampak perubahan iklim. Target utamanya adalah menjaga kenaikan suhu bumi tidak melebihi 1,5 derajat celcius.

Bank yang berbasis di London itu berencana mengeluarkan kebijakan untuk membantu menghapus penggunaan batu bara yang dinilai bertanggung jawab atas perubahan iklim dunia.


"Kita perlu mengatasi beberapa masalah sulit secara langsung. Batu bara adalah salah satu masalah besar. Batu bara menyumbang 25% dari emisi gas rumah kaca global," kata Chief Sustainability Officer Grup HSBC Celine Herweijer.

Rencananya kebijakan ini akan diumumkan tahun depan menyusul tekanan dari investor dan persetujuan oleh pemegang saham.

"Sebagai pengakuan atas penurunan cepat dalam emisi batu bara yang diperlukan untuk setiap jalur yang layak hingga 1,5 derajat celcius, kebijakan tersebut akan berarti HSBC menghapus pembiayaan secara bertahap kepada klien yang rencana transisinya tidak sesuai dengan target nol bersih HSBC pada tahun 2050," ungkap HSBC.

Berdasarkan rencananya, HSBC akan mengurangi eksposur ke pembiayaan batubara termal setidaknya 25% pada tahun 2025 dan 50% pada tahun 2030, Klien non-UE atau non-OECD dapat didanai hingga penghentian global pada tahun 2040.

Jeanne Martin, manajer kampanye senior di ShareAction, mengatakan fakta bahwa HSBC telah memperkenalkan kebijakan penghentian penggunaan batu bara merupakan kemenangan bagi keterlibatan perbankan terkait iklim.

HSBC tidak sendiri, bank multinasional lainnya telah mengumumkan target sementara untuk mencapai nol bersih pada tahun 2050. Standard Chartered mengatakan bahawa mereka bertujuan untuk mengurangi pembiayaan pertambangan batu bara termal sebesar 85% pada tahun 2030.

Bank yang berpusat di London tersebut mengatakan hanya akan memberikan layanan keuangan kepada perusahaan yang memperoleh pendapatan dari batu bara kurang dari 5%.

Badan Energi Dunia (IEA) dalam laporannya memperkirakan batu bara dan energi fosil lainnya akan semakin tidak popular di kalangan investor. Investor akan lebih melirik energi terbarukan.

IEA memperkirakan investasi bahan bakar fosil jatuh dari rata-rata dalam lima tahun terakhir sebesar US$ 575 miliar menjadi US$ 110 miliar pada 2050. Adapun investasi tersbeut untuk bisnis petrokimia bukan bahan bakar. Sedangkan investasi di batu bara akan semakin tipis dari tahun ke tahun.

Sumber: IEA

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/ras)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Batubara Sebagai Tulang Punggung Ketahanan Energi Nasional