Internasional

Alamak! 'Kiamat Babi' Bikin Rusuh di AS, Ini Buktinya

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Senin, 13/12/2021 14:05 WIB
Foto: Peternakan babi di Yaji, Daerah Otonomi Guangxi Zhuang, China. (REUTERS/Thomas Suen)

Jakarta, CNBC Indonesia - Fenomena 'Kiamat Babi' di Amerika Serikat (AS) mulai semakin nyata dirasakan oleh warga dan pelaku usaha. Terbaru, para pengusaha restoran dan penjual daging babi mulai menjerit dan mengambil langkah serius.

'Kiamat Babi' sendiri merupakan istilah untuk menggambarkan krisis pasokan daging babi yang diikuti oleh kenaikan harga. Istilah ini digunakan media setempat dalam menggambarkan fenomena itu di California lantaran adanya undang-undang baru kesejahteraan hewan.


Dengan adanya hal ini, pelaku usaha restoran dan pedagang daging babi mengambil langkah untuk meminta pemerintah menunda implementasi undang-undang itu hingga dua tahun ke depan. Mereka menyebut bahwa UU itu menambah ketidakpastian tentang jumlah pasokan daging babi dan harganya.

"Kami mengatakan ini tidak akan berhasil," kata Nate Rose, Juru Bicara California Grocers Association, kepada Associated Press (AP), Senin (13/12/2021). "Kekhawatiran kami adalah ketidakpastian."

Hal yang sama juga disuarakan oleh Dewan Produsen Babi Nasional AS. Mereka menyebut bahwa hampir dapat dipastikan bahwa akan ada gangguan pasokan di wilayah konsumen daging babi terbesar di AS itu.

"Satu hal yang kami tahu adalah akan ada persediaan terbatas untuk dijual di sana," ujar Michael Formica, penasihat umum Dewan Produsen Daging Babi Nasional.

UU kesejahteraan hewan California sendiri merupakan UU yang diperjuangkan oleh aktivis hewan. Dalam UU ini, induk babi yang hamil akan ditempatkan ke kandang yang memungkinkan mereka untuk berjalan, bergerak bebas, bersosialisasi, dan berbalik.

Rencananya UU ini akan berlaku tanggal 1 Januari 2021 mendatang. Belum diketahui jelas, bagaimana tanggapan parlemen negara bagian tersebut.

Sementara itu, inflasi AS mencapai level tertinggi dalam nyaris empat dekade pada November. Ini akibat permintaan konsumen yang kuat diperparah dengan kendala pasokan terkait pandemi.

Departemen Tenaga Kerja AS mengatakan indeks harga konsumen, yang mengukur besaran yang dibayarkan konsumen untuk barang dan jasa, naik 6,8% pada November dari bulan yang sama tahun lalu. Kenaikan tersebut adalah laju tercepat sejak 1982, selain itu kenaikan tersebut merupakan yang keenam bulan berturut-turut di mana inflasi mencapai 5%.

Peningkatan berbasis luas menjangkau hampir semua sektor, mulai dari daging babi, unggas dan hasil bumi hingga perumahan dan barang olahraga. Perusahaan besar dan kecil menaikkan harga atau membuat keputusan sulit untuk menutupi kenaikan biaya perekrutan, transportasi, dan barang-barang kebutuhan pokok.


(tps)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Konflik Iran-Israel Memanas, Dunia Soroti Manuver Trump