Ramalan Minyak dan Batu Bara Bakal 'Kiamat' Gak Main-Main
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah memiliki target yang ambisius untuk mencapai netral karbon pada 2060 atau lebih cepat. Untuk mendorong terciptanya netral karbon itu, salah satu langkah pemerintah adalah dengan menghentikan operasional Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) secara bertahap.
Netral karbon memang mendesak dilakukan, pasalnya dalam hasil studi, pada 2050 kondisi bumi diprediksi akan mengalami pemanasan global, sehingga akan mengakibatkan dampak yang luar biasa. Alhasil, diperlukan rencana upaya yang kuat untuk membatasi pemanasan global dan perubahan iklim itu.
Oleh karena alasan itu, pemerintah menargetkan untuk melaksanakan netral karbon atau net zero emission Indonesia pada 2060 atau lebih cepat.
Vice President Pertamina Energy Institute Hery Haerudin menyampaikan, dengan target netral karbon 2060 itu, akan ada dua sektor yang akan terdampak signifikan yakni minyak dan batu bara.
Sekarang ini minyak dan batu bara masih dimanfaatkan sebagai energi primer. Kelak, sampai tahun 2060 saat karbon netral dicapai, penggunaanya akan mengalami penurunan yang sangat drastis.
"Mengenai sektor apa saja yang paling terdampak net zero emission 2060 lihat hulunya, sumber energi primer minyak dan batu bara akan terkena dampak paling besar penurunannya," ungkap Hery dalam acara Pertamina Energy Webinar, Selasa (07/12/2021).
Kebutuhan minyak dan batu bara menjadi yang paling terdampak bisa dilihat dari berbagai skenario. Misalnya, karena elektrifikasi dari sumber energi minyak dan batu bara turun seiring dengan meningkatkan elektrifikasi sumber energi dari energi baru dan terbarukan (EBT).
"Kebutuhan batu bara dan minyak akan menjadi yang paling terdampak, hal ini karena elektrifikasi batu bara dan minyak akan turun," ujarnya.
"Skenario green transisi tahun 2060, pembangkit gas juga gak digunakan lagi. Gas hanya akan jadi sumber energi di industri baik bahan baku dan untuk diolah," lanjutnya.
Hery mencatat, di tengah penurunan konsumsi energi fosil, pemanfaatan energi primer dari EBT akan mengalami pertumbuhan yang signifikan pada 2050 atau mencapai 71%. Capaian itu justru akan berbeda dengan yang disampaikan dalam target Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) pemerintah sebesar 31%.
Dengan naiknya porsi EBT dan menurunnya energi fosil, maka kata Hery, masa depan kendaraan listrik dan kompor listrik akan mengalami peningkatan. Pemakaian kendaraan listrik dipastikan akan menurunkan emisi karbon, bensin dan avtur.
Hery memprediksi, akan ada peralihan kendaraan listrik besar-besaran pada 2040.
"Dan semua akan beralih ke listrik pada tahun 2060 atau 99%. Kita akan lihat pada 2060, akan bergeser dari mulanya sektor transportasi dan listrik, tahun 2060 penghasil emisi terbesar dari sektor industri," lanjutnya.
(wia)