Indonesia Bisa Bangun Mobil Listrik Rp 150 Juta, Asal...

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
04 December 2021 15:20
Pengunjung melihat spesifikasi mobil Minicab MiEV di ajang Indonesia Electric Motor Show 2021 Hibrid di Gedung 730 Kawasan PUSPIPTEK, Serpong, Tangerang Selatan, Rabu (24/11/2021).  Melihat data spesifikasi Mitsubishi Minicab MiEV  yang dipamerkan di booth IEMS 2021 Show mobil listrik ini berkapasitas 16,0 kWh sementara untuk jarak tampuhnya sekitar 150 km (JC08). 
Minicab MiEV merupakan LCV (Light Commercial Vehicle) berbentuk van mungil berkelir putih dengan tampilan minimalis. Namun demikian, Minicab MiEV mampu memenuhi kebutuhan mobilitas di lingkungan yang padat dan sempit, terutama untuk armada logistik. Mobil ini memiliki fitur daya listrik 1500W DC dan dapat menjadi sumber tenaga dengan menyalurkan daya AC 100 V, yang cukup untuk menyalakan peralatan elektronik saat berkegiatan di luar ruangan. Motor listrik mobil ini memberikan daya yang besar, nol emisi serta senyap, sehingga sangat mungkin digunakan di perkotaan yang padat.  
Untuk memastikan fungsi dan keandalan produk, MMKSI akan memulai uji coba dengan mitra potensial di Indonesia untuk operasional mereka. Hasil pengujian akan digunakan untuk pengembangan kendaraan listrik Mitsubishi Motors di Tanah Air ke depannya.  (CNBC Indonnesia/ Tri Susilo)
Foto: Minicab MiEV (CNBC Indonnesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Penggunaan mobil listrik secara masal di Indonesia masih mengalami kendala, salah satunya akibat faktor harga. Saat ini harga mobil listrik masih tergolong mahal, paling murah berada di kisaran Rp 600 jutaan. Tingginya harga mobil listrik juga menjadi sorotan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan beberapa waktu lalu.

Lalu, apakah memungkinkan untuk membuat mobil listrik murah, bahkan di bawah Rp 150 juta?

"Bisa aja dengan segala sesuatunya, misal memberi substitusi dengan luar biasa, salah satunya penunjang dengan memberi insentif. Di Eropa mereka insentif Rp 200 juta - Rp 300 juta, jadi mau nggak mau disubsidi. Kalau tanpa subsidi susah jangka pendek Rp 150 juta," kata Johnny Darmawan Ketua Industri Manufaktur Apindo dalam Profit CNBC Indonesia, Jumat (3/12/21).

Untuk menurunkan harga tersebut tentu memerlukan waktu lama, utamanya dari riset dan pengembangan dari tiap komponen pendukung, salah satunya adalah komponen baterai.

"Di baterai itu teknologinya masih berkembang terus. Lithium ion, solid state semua dibangun demi daya tempuh lebih jauh dan diharapkan dari segi safety, jadi sebenernya ini persoalan tidak mudah, tapi salah satunya harus diturunkan baterai karena komponen itu menyumbang 50% harga," ujar Presiden Direktur PT Toyota Astra Motor (TAM)tahun 2002-2014 itu.

Selain harga jual, faktor penentu juga ditentukan berdasarkan konsumsi perjalanan darat. Semakin murah ongkos energinya, maka harganya bisa makin ditekan, alhasil ini bisa menjadi daya tarik yang kuat.

"Baterai nilai keekonomisannya kalau sudah bisa US$ 70 per kWh. Tiga bulan lalu masih US$200 per kWh. Tapi saya denger terbaru 126 dolar per kWh, itu masih jauh dari nilai skala ekonomis. Bagaimana supaya bisa tekan harga baterai murah, kemudian skala ekonomi salah satunya ditentukan karena faktor volume dari penjualan," sebut Johnny.


(fys/fys)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Penampakan Mobil Listrik Dijual di Bawah Rp 100 Juta

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular