FOTO

Jangan Main-Main China! Ini Sosok Penjaga Natuna

Pool, CNBC Indonesia
Kamis, 02/12/2021 14:49 WIB

Presiden Jokowi pernah datang ke Natuna pada 8 Januari 2020, saat itu ada ketegangan di wilayah itu dengan China, kini seolah ketegangan terulang.

1/5 Presiden di atas KRI Usman Harun dengan latar belakang KRI Karel Sasuit Tubun yang sedang berlabuh di Puslabuh TNI AL di Selat Lampa. (Setpres/Agus Suparto)

Pemerintah China dilaporkan melakukan protes terhadap pemerintah Indonesia. Protes itu meliputi pengeboran minyak dan gas alam di wilayah Laut China Selatan (LCS). (Setpres/Agus Suparto)

2/5 Presiden di atas KRI Usman Harun dengan latar belakang KRI Karel Sasuit Tubun yang sedang berlabuh di Puslabuh TNI AL di Selat Lampa. (Setpres/Agus Suparto)

Dalam laporan Reuters, pemerintah China mengirimkan surat kepada Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Indonesia. Pengeboran minyak dan gas alam itu disebut bersinggungan dengan klaim "sembilan garis putus-putus" milik Tirai Bambu. (Setpres/Agus Suparto)

3/5 Presiden di atas KRI Usman Harun dengan latar belakang KRI Karel Sasuit Tubun yang sedang berlabuh di Puslabuh TNI AL di Selat Lampa. (Setpres/Agus Suparto)

"(Surat itu) sedikit mengancam karena itu adalah upaya pertama diplomat China untuk mendorong agenda sembilan garis putus-putus mereka terhadap hak-hak kami di bawah Hukum Laut," kata Anggota Komisi I DPR RI, Muhammad Farhan dikutip media tersebut, Rabu (1/12/2021). (Dok: Koarmada I)

4/5 Presiden di atas KRI Usman Harun dengan latar belakang KRI Karel Sasuit Tubun yang sedang berlabuh di Puslabuh TNI AL di Selat Lampa. (Setpres/Agus Suparto)

Farhan kemudian menegaskan bahwa Indonesia tidak akan tunduk dengan hal itu. Pasalnya wilayah pengeboran itu secara sah merupakan hak milik RI. "Jawaban kami sangat tegas, bahwa kami tidak akan menghentikan pengeboran karena itu adalah hak kedaulatan kami," tambahnya. (Istimewa)

5/5 Presiden di atas KRI Usman Harun dengan latar belakang KRI Karel Sasuit Tubun yang sedang berlabuh di Puslabuh TNI AL di Selat Lampa. (Setpres/Agus Suparto)

LCS merupakan jalur penting untuk sebagian besar pengiriman komersial dunia. Ini terletak di bibir lautan sejumlah negara termasuk ASEAN seperti Brunei, Kamboja, China, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam. Lautan itu diyakini sebagai lautan yang kaya hasil alam, terutama migas dan ikan. Menurut CFR, di LCS ada sekitar 900 triliun kaki kubik gas alam. (Istimewa)