Internasional

Simak! Ini Jawaban 'Melegakan' Bos Pfizer Soal Varian Omicron

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
01 December 2021 06:30
The Pfizer Global Supply Kalamazoo manufacturing plant is shown in Portage, Mich., Friday, Dec. 11, 2020. The U.S. gave the final go-ahead Friday to the nation’s first COVID-19 vaccine, marking what could be the beginning of the end of an outbreak that has killed nearly 300,000 Americans. (AP Photo/Paul Sancya)
Foto: AP/Paul Sancya

Jakarta, CNBC Indonesia - Kemunculan Virus Corona Varian Omicron di dunia membawa keresahan global baru. Sebab, ilmuwan genom di Afrika Selatan mengatakan varian ini punya mutasi yang dapat mengurangi kekebalan.

Bahkan, CEO Moderna, Stephane Bancel, menyebut bahwa belum ada vaksin yang efektif dalam melawan varian tersebut.

"Tidak ada di dunia, saya pikir di mana (efektivitas) berada di tingkat yang sama...seperti yang dimiliki Delta," ungkap Bancel dikutip dari Reuters pada Selasa (30/11/2021).

Namun, pendapat berbeda disampaikan oleh pembuat vaksin dan obat-obatan lainnya, Pfizer. CEO Pfizer Albert Bourla mengatakan bahwa pihaknya optimis bahwa obat pil untuk pengobatan Covid-19 yang saat ini sedang dikembangkan perusahaannya mampu melawan infeksi Varian Omicron.

"Kabar baiknya ketika datang ke perawatan kami, itu dirancang dengan pemikiran itu, itu dirancang dengan fakta bahwa sebagian besar mutasi datang dalam lonjakan," kata Bourla kepada "Squawk Box" CNBC International.

"Jadi itu memberi saya tingkat kepercayaan yang sangat tinggi bahwa pengobatan tidak akan terpengaruh, pengobatan oral kita tidak akan terpengaruh oleh virus ini."

Pfizer sendiri telah mengajukan permohonannya awal bulan ini ke Food and Drug Administration (FDA) untuk mengizinkan pil pengobat Covid, Paxlovid, beredar dalam kondisi darurat. Dalam uji klinis pada warga berusia 18 tahun ke atas, Pfizer menemukan pil tersebut ampuh mengurangi rawat inap dan kematian sebesar 89% bila diminum dengan obat HIV.

Varian Omicron sendiri telah dimasukkan sebagai 'variant of concern' oleh WHO. Virus yang awalnya menyebar dari Botswana dan Afrika Selatan ini juga sudah ditemukan di banyak negara lain seperti Bostwana, Hong Kong dan Belgia.

Menurut catatan WHO, spesimen kasus pertama di Afrika Selatan dikumpulkan pada 9 November lalu. Saat ini jumlah kasus terlihat meningkat hampir di setiap provinsi. Bahkan, ini juga diimbangi oleh kenaikan angka pengobatan di fasilitas kesehatan.


(tps/tps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jangan Panik Berlebihan, Ini Fakta 'Melegakan' Soal Omicron

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular