Xi Jinping Pusing, China Dilanda Kiamat Babi - Resesi Seks!

News - Monica Wareza, CNBC Indonesia
27 November 2021 13:30
INFOGRAFIS, Ini Modal Xi Jinping Jadi Presiden Foto: Infografis/ Xi Jinping/ Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - China secara bertubi-tubi mengalami krisis, mulai dari Covid-19, properti, lalu baru-baru ini harga babi dan energi. Tak hanya sampai di situ, saat ini negara yang dipimpin Xi Jinping itu kembali mengalami masalah baru, yakni resesi seks.

Dilaporkan China Daily pekan ini, tingkat angka pernikahan di China terus mengalami penurunan. Hal ini ditakutkan berdampak pada angka kelahiran yang berujung pada penurunan jumlah populasi penduduk.

Padahal saat ini demografi menjadi kekuatan utama negara yang juga menjadi negara dengan penduduk terbanyak di dunia saat ini.

Menurut data statistik China 2021, pasangan yang melaporkan pernikahannya turun selama tujuh tahun berturut-turut. Menjadikan angka di tahun ini sebagai posisi terendah dalam 17 tahun terakhir.

Data yang dirilis oleh Kementerian Urusan Sipil China, hanya 5,87 juta pasangan menikah di China pada tiga kuartal pertama tahun 2021. Angka ini mengalami penurunan dari periode yang sama tahun lalu.

"Diyakini angka pernikahan yang didaftarkan akan makin turun di 2021," mengutip China Daily.

Dalam waktu bersamaan, angka kelahiran di China juga terus menurun. Rata-rata angka kelahiran berada di bawah 1% atau hanya 0,852%. Ini merupakan rekor pertama kalinya setelah 1978. Padahal, pemerintah China telah melakukan mitigasi penurunan demografi ini. Pemerintah pun telah mengizinkan satu keluarga memiliki hingga tiga anak.

Namun diyakini, angka pernikahan yang didaftarkan akan makin turun di 2021.  

Munculnya krisis ini disinyalir karena turunnya keinginan kaum muda untuk menikah disebabkan karena tekanan kerja yang tinggi dan peningkatan besar dalam tingkat pendidikan perempuan dan kemandirian ekonomi.

Hal ini diungkapkan oleh ahli demografi He Yayu. Alasan lainnya adalah lantaran rasio penduduk laki-laki dan perempuan yang tidak seimbang.

Menurut catatan negara tersebut, jumlah pria melebihi wanita sebesar 34,9 juta, di mana 17,52 juta lebih banyak pria berusia 20-an menikah daripada wanita di usia yang sama.

Lainnya, mahalnya biaya, termasuk peningkatan harga rumah, juga jadi hambatan warga menolak menikah bahkan punya anak. Di China, pernikahan dan memiliki anak adalah hal yang terhubung, dan proporsi anak yang lahir di luar pernikahan sangat rendah.

"Karenanya penurunan pernikahan memiliki dampak negatif ke angka kelahiran anak," ungkapnya.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Sempat Tekan Alibaba Cs, Ini Ramalan Suram Ekonomi China 2022


(mon/wia)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading