Pak Anies Hati-Hati, WHO Soroti Kasus Covid-19 Jakarta Nih

Khoirul Anam, CNBC Indonesia
27 November 2021 11:00
Petugas kesehatan memeriksa pasien Covid-19 diruangan Instalasi Gawat Darurat (IGD) di RSUD Koja, Jakarta, Senin (30/8/2021). Jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di RSUD Koja terus menurun dengan peningkatan pasien sembuh.  
Diruangan IGD hanya ada tiga pasien Covid-19 yang sedang ditangani lebih lanjut.  
Di ruangan bayi terisi dua bayi berada didalam inkubator dengan penanganan khusus dari para nakes.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) kasus konfirmasi positif Covid-19 di tanah air hari ini bertambah 5.436 kasus, menurun dibandingkan dengan sehari sebelumnya 7.427 kasus. 
Dengan pertambahan ini maka total kasus konfirmasi positif Covid-19 di Indonesia mencapai 4,079 juta.
Sementara, jumlah pasien sembuh bertambah 19.398 orang pada hari ini, sehingga total kasus sembuh menjadi 3.743.716. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Pasien Covid-19 di RSUD Koja (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyoroti kasus Covid-19 di wilayah DKI Jakarta. Hal ini karena terjadi kenaikan cukup tinggi untuk jumlah rawat inap pasien Covid-19 di DKI.

Laporan WHO yang dirilis pada Rabu (24/11/2021) lalu menyebut bahwa DKI Jakarta mencatat kenaikan pasien rawat inap sebesar 10% jika dibandingkan dengan pekan sebelumnya.

"Pada 21 November, jumlah kasus Covid-19 yang dilaporkan dirawat di rumah sakit di DKI Jakarta adalah 200, sedikit meningkat dari 180 kasus satu minggu sebelumnya," tulis badan kesehatan PBB itu, dikutip Sabtu (27/11/2021).

Adapun kabar baiknya Kabar baiknya, jumlah orang yang tengah menjalani isolasi tetap menurun. Dari 514 kasus pada pekan sebelumnya menjadi hanya 296 kasus.

"Pada saat yang sama periode waktu, jumlah kasus yang dilaporkan dalam isolasi diri menurun dari 514 menjadi 296 kasus," sambung WHO.

WHO juga memberikan peringatan terhadap provinsi lainnya. Pasalnya, banyak titik mengalami kenaikan mobilitas publik yang signifikan didorong oleh pelonggaran pembatasan kegiatan publik.

"Peningkatan signifikan dalam mobilitas masyarakat di ritel dan rekreasi diamati di Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Banten, di mana tingkat mobilitas pra-pandemi telah tercapai," tambah WHO.

Sementara secara nasional, angka positivity rate Corona di Indonesia selama sembilan pekan terakhir konsisten di bawah 2%. Hal ini menandakan laju penularan Covid-19 tetap berada di risiko rendah.

WHO tetap mengingatkan agar Indonesia mempertahankan standar testing 1 per 1.000 populasi untuk melihat risiko penularan. Jumlah testing yang dilakukan pemerintah sejak Mei 2021 bahkan sudah melampaui standar WHO.

"Dalam sepuluh minggu terakhir, jumlah testing yang dilakukan tercatat lebih dari 4 per 1.000 penduduk dalam seminggu. Sangat penting untuk memastikan kelanjutan dari strategi pengujian yang ketat untuk cepat mengidentifikasi kasus Covid-19 di antara kasus yang dicurigai dan kontak dekat," beber WHO.

WHO masih menilai seluruh provinsi Indonesia berada di level 1 penularan Covid-19, dalam pantauan 15 hingga November 2021. Ini berarti, risiko Covid-19 di populasi umum dalam 14 hari terakhir tercatat rendah.

Lebih lanjut, WHO meminta agar Indonesia membuat perencanaan baru. Ini sebagai bentuk antisipasi agar tidak terjadi ledakan kasus.

"Perumusan rencana konkret diperlukan untuk mengantisipasi dan memitigasi kemungkinan dampak peningkatan mobilitas terhadap transmisi dan kapasitas sistem kesehatan di tingkat nasional dan daerah," imbau lembaga kesehatan dunia itu.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article WHO Serang Data Covid China, Ada Apa Xi Jinping?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular