Terungkap! Biang Kerok Lonjakan Kasus Covid-19 di Singapura

Muhammad Iqbal, CNBC Indonesia
16 November 2021 19:15
In this March 14, 2020, photo, a couple wearing face masks walk past the Merlion statue in Singapore. As the virus outbreak spreads ever further, it's becoming clear that some strategies are more likely to succeed in containing it: pro-active efforts to track down and isolate cases, access to basic, affordable public health and clear, reassuring messaging from leaders. (AP Photo/Ee Ming Toh)
Foto: Singapura (AP/Ee Ming Toh)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dubes RI untuk Singapura Suryopratomo mengungkapkan penyebab lonjakan kasus di Singapura sejak pertengahan Juli 2021 lalu. Selain kemunculan virus corona varian delta dan pelanggaran protokol kesehatan, lonjakan juga disebabkan masih banyaknya orang yang tidak mau divaksinasi.

Terdapat sekitar 60 ribu sampai 100 ribu lansia tidak mau divaksinasi di Singapura. Padahal mereka termasuk dalam kelompok yang paling rentan.

"Ketika delta masuk, mereka (lansia) yang paling rentan. Kematian paling banyak lansia dan punya komorbid. Pemerintah Singapura mulai memberlakukan kebijakan baru yaitu orang (warganya) dipaksa divaksinasisi. Orang yang tidak divaksinasi, kalau sakit harus bayar sendiri," ujar Suryopratomo dalam webinar "Libur Nataru dan Varian Baru: Strategi Cegah Gelombang Ketiga Pandemi Covid-19" di Jakarta, Selasa (16/11/2021).

Berdasarkan data di laman worldometers, total kasus Covid-19 di Singapura mencapai 239.272. Dari jumlah itu, sebanyak 594 meninggal dan 215.994 sembuh.



Mantan Direktur WHO Asia Tenggara Prof. Tjandra Yoga Aditama menekankan pentingnya bagi Indonesia untuk terus waspada mengingat umur Covid-19 yang baru dua tahun sehingga masih banyak hal yang tak terduga dari virus ini. Menurutnya, penyebab kenaikan kasus positif di banyak negara saat ini harus menjadi pelajaran bagi Indonesia.

"Ada beberapa penyebab kenaikan kasus di beberapa negara antara lain karena sekelompok masyarakat yang belum divaksinasi, efikasi vaksin menurun, dan pelonggaran mobilitas yang berkorelasi dengan naik turunnya kasus. Kita bersyukur kasus positif kita menurun sangat tajam dan bertahan lama. Tetapi kita juga harus tetap belajar dari negara-negara lain. Kita mesti tetap waspada dari sekarang," katanya.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article PDB Singapura Q1-2024 Tumbuh 2,7%, Efek Taylor Swift & Coldplay?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular