Tenang, Nasib Kilang Minyak Aman Walau Diserbu Energi Hijau
Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut keberadaan kilang minyak masih diperlukan meski ada transisi energi.
Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana.
Dia mengatakan, kilang minyak masih dibutuhkan ke depannya karena masih bisa memproses bahan bakar minyak berbasis minyak kelapa sawit (CPO) atau green fuel. Terlebih, lanjutnya, pemerintah juga masih menjalankan program mandatori biodiesel.
Dia menjelaskan, volume alokasi Bahan Bakar Nabati (BBN) jenis biodiesel di dalam negeri pada 2021 sebesar 9,2 juta kilo liter (kl). Sesuai dengan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), alokasi biodiesel domestik ini akan mengalami peningkatan hingga 13,9 juta kl di 2025.
Proyeksi 9,2 juta kl tahun ini menurutnya akan terlewati. Menurutnya ini dipicu pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dari perkiraan pada saat menyusun alokasi di akhir 2020, yang kala itu juga masih pandemi.
"Kemudian tahun 2022 angkanya masih dipastikan lebih dahulu. Kita akan dorong peningkatan pemanfaatan, Pertamina bekerja untuk ini produksi biofuel yang secara fisik sama dengan BBM. Ada green diesel, green gasoline dan bioavtur," ungkapnya dalam webinar E2S, Selasa (16/11/2021).
Dadan mengharapkan pemanfaatan biodiesel bisa berjalan dengan baik sesuai peta jalan yang dibuat sampai 2035. Dari sisi pemanfaatan biodiesel, menurutnya pemerintah juga melibatkan masyarakat petani sehingga mereka juga turut mendapatkan manfaat.
"Mulai introduce berkelanjutan, sudah jelas biodiesel ini adalah energi terbarukan dari tanamanan, harus bisa tunjukkan ke publik ini proses berkelanjutan," lanjutnya.
Saat ini program biodiesel telah berjalan hingga Biodiesel 30% (B30), artinya di dalam setiap satu liter minyak fosil, terdapat campuran bahan bakar nabati (BBN) alias Fatty Acid Methyl Esters (FAME) sebesar 30%, dan sebagaimana arahan Presiden RI, program biodiesel di dalam negeri ini harus ditingkatkan karena produksi sawit terus mengalami peningkatan dan dari sisi konsumsi juga meningkat.
"Sudah ada kajian di lab B40, B50, hasil baik, akan dilaksanakan road test sama dengan B20, B30, B10 untuk pastikan bahwa baik engine dan bahan bakar sesuai," ucapnya.
Lebih lanjut Dadan menyampaikan pemanfaatan biodiesel ini selain mendorong bauran EBT, juga bisa menghemat devisa, serta meningkatkan harga CPO dan memperbaiki kesejahteraan petani, dan menyerap tenaga kerja. Dari sisi lingkungan, emisi gas rumah kaca juga akan menurun karena basisnya energi terbarukan.
"Saya melihat nantinya kilang akan berperan produksi pemanfaatan green fuel yang saat ini baru jalan dari biodiesel dan uji coba sudah jalan ini bagian dari transisi energi," ungkapnya.
(wia)