
Tembus 50.000 Sehari, 5 Biang Kerok Covid Jerman Meledak

Jakarta, CNBC Indonesia - Gelombang ke-4 Covid-19 menyerang Jerman. Negara terpadat di Eropa itu bahkan mulai melaporkan ledakan kasus diatas 50 ribu perhari.
Ini adalah pertama kalinya negara itu berjuang melawan gelombang infeksi yang sangat besar meskipun mayoritas penduduknya divaksinasi dua kali lipat. Lalu apa yang terjadi?
Mengutip Deutsche Welle (DW) setidaknya ada lima hal yang menyebabkan ini:
1. Efek dari Kelompok Penolak Vaksin
Sekitar 67% orang di Jerman telah divaksinasi penuh terhadap Covid-19. Meski begitu, para ahli telah memperingatkan sejak awal peluncuran bahwa jumlahnya tidak cukup untuk mengendalikan virus.
"Tingkat vaksinasi kami masih di bawah 75% dari populasi Jerman," kata Presiden Masyarakat Jerman untuk Imunologi, Dr. Christine Falk, dikutip Senin (15/11/2021).
"Dikombinasikan dengan kurangnya pembatasan kontak, ini memungkinkan virus menyebar hampir secara eksklusif di antara yang tidak divaksinasi."
Menurut Robert Koch Institute, insiden rawat inap untuk pasien Covid-19 saat ini empat kali lebih tinggi daripada yang divaksinasi. Untuk pasien di atas 60 tahun, sekitar enam kali lebih tinggi.
2. Menurunnya Kekebalan Vaksin
Sementara itu, tingginya angka penolakan vaksin ini pun juga berimbas pada infeksi kepada pasien yang telah divaksin. Apalagi gelombang ini terjadi pada saat kekebalan warga sudah mulai memudar seiring waktu.
"Jumlah yang meningkat juga meningkatkan tekanan pada orang yang divaksinasi, tetapi efek infeksi sangat kecil," tambah Dr. Falk.
3. Longgarnya Pembatasan
Dibandingkan dengan awal 2021, Jerman memiliki langkah-langkah yang longgar selama gelombang keempat ini. Setahun yang lalu, pemerintah memperkenalkan aturan penguncian keras seperti penutupan bisnis non essensial dan jam malam diberlakukan sementara.
Dikombinasikan dengan peluncuran vaksin, langkah-langkah ini menyebabkan insiden Jerman turun di musim semi. Namun, sebelum gelombang ini, Jerman menghadapi aturan yang tidak terlalu kaku. Bahkan, ada aturan yang mengizinkan pelepasan masker di beberapa tempat umum.
Hal ini juga membuat otoritas di negara itu mulai berpikir untuk menerapkan kembali pengetatan protokol kesehatan. Saat ini warga harus mengenakan masker medis, yang disebut masker FFP-2 di transportasi umum dan di toko-toko, dan sebagian besar tempat hanya akan mengizinkan mereka masuk jika mereka divaksinasi, telah pulih dari Covid-19 atau memiliki hasil uji.
4. Varian Delta
Varian Delta sendiri telah menjadi kekhawatiran baru bagi Jerman. Apalagi negara itu sedang mendekati musim dingin yang dimungkinkan menjadi tempat mutasi baru bagi virus.
"Virus varian delta menyukai dingin. Kami menghabiskan lebih banyak waktu di dalam ruangan yang memudahkan penyebaran virus," sebut Dr Falk lagi.
5. Limpahan Tetangga
Negara-negara Eropa lainnya seperti Austria, Belanda, dan Belgia juga mengalami peningkatan insiden infeksi karena faktor-faktor yang juga serupa. Dr Falk menghimbau masyarakat untuk secara konsisten memakai masker dan melakukan tes antigen segera setelah gejala muncul.
Tapi yang terpenting, dia mendorong yang tidak divaksinasi untuk mendapatkan suntikan mereka. Ia meyakini hal itu penting untuk mengendalikan situasi.
"Jika kita tidak segera meningkatkan tingkat vaksinasi, akan sulit untuk mengendalikan situasi," katanya.
"Vaksin adalah hal terbaik yang bisa terjadi pada kita, tetapi masih terlalu banyak orang yang menolaknya."
(tps/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Penyebab Jerman yang Dulu Dipuji Dihantam Gelombang 4 Covid
