Oleh-Oleh dari UEA: Pertamina Gandeng Masdar Investasi PLTS

Wilda Asmarini, CNBC Indonesia
05 November 2021 18:20
Komitmen Transisi Energi, Pertamina Bidik Pemasangan PLTS 500 MW di Area Operasi Pertamina Group, yang Dapat Menurunkan Emisi Karbon 630 Ribu Ton/Tahun (Pertamina)
Foto: Komitmen Transisi Energi, Pertamina Bidik Pemasangan PLTS 500 MW di Area Operasi Pertamina Group, yang Dapat Menurunkan Emisi Karbon 630 Ribu Ton/Tahun (Pertamina )

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina Power Indonesia, Subholding Power & New Renewable Energy Pertamina (Pertamina NRE), telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Masdar, anak usaha bidang energi dari Badan Usaha Milik Negara Uni Emirat Arab (UEA) Mubadala Investment Company, untuk penjajakan bersama pengembangan PLTS terapung dan di atas tanah (ground-mounted), serta solusi energi bersih di Indonesia.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dan CEO Masdar Mohamed Jameel Al Ramahi secara formal bertukar dokumen nota kesepahaman tersebut di Istana Kepresidenan Uni Emirat Arab di Abu Dhabi, Kamis (4/11/2021) yang disaksikan oleh Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan dan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo.

Penandatanganan tersebut juga dihadiri oleh sejumlah menteri Republik Indonesia, yaitu Menteri Koordinator Maritim dan Investasi, Menteri Koordinator Perekonomian, Menteri BUMN, Menteri Luar Negeri, dan Menteri Perdagangan.

Pertamina dan Masdar teken MoU PLTS. (Doc. via Pertamina.)Foto: Pertamina dan Masdar teken MoU PLTS. (Doc. via Pertamina.)
Pertamina dan Masdar teken MoU PLTS. (Doc. via Pertamina.)

Seperti diketahui, Pemerintah Indonesia memiliki peta jalan transisi energi yang tertuang dalam Grand Strategi Energi Nasional, di mana bauran energi baru terbarukan mencapai 23% pada 2025, dan akan mencapai 31% pada 2050.

"Dengan peta jalan tersebut, kami percaya bahwa sektor energi dapat menurunkan emisi sebesar 314 juta ton CO2. Pertamina sebagai BUMN energi terbesar di Indonesia memiliki komitmen tinggi untuk mendukung target pemerintah," tutur Nicke, seperti dikutip dari keterangan resmi perseroan, Jumat (05/11/2021).

Nicke mengatakan, perseroan telah menyiapkan sejumlah inisiatif untuk pengembangan EBT untuk mendukung target tersebut, antara lain meningkatkan kapasitas terpasang panas bumi yang dioperasikan sendiri menjadi 1.128 MW pada 2026, pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/ Angin (PLTB), serta green dan blue hydrogen.

Nicke melanjutkan bahwa kolaborasi sangat penting dalam upaya mempercepat transisi energi. Kerja sama strategis antara Pertamina NRE dengan Masdar ini akan berpotensi mendorong percepatan transisi energi.

Masdar merupakan perusahaan yang berbasis di Abu Dhabi dan anak usaha dari Mubadala Investment Company, perusahaan nasional Abu Dhabi. Bisnis Masdar fokus pada energi terbarukan. Saat ini Masdar aktif beroperasi di 30 negara, seperti UAE, Amerika Serikat, Australia, India, Indonesia, dan lain-lain.

"Perjanjian ini menunjukkan komitmen mendalam dari Masdar untuk mendukung transisi energi di Indonesia dan mencapai target net zero emission. Kami berharap dapat hadir di Indonesia dan mendukung pembangunan ekonominya. Dengan berkomitmen pada climate action, Indonesia akan dapat menuai manfaat ekonomi dan sosial serta mewujudkan masa depan yang berkelanjutan bagi masyarakatnya dan planet ini," tutur Mohamed.

Indonesia memiliki potensi EBT yang melimpah, yaitu mencapai lebih dari 400 GW. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, hingga 2020 kapasitas PLTS terpasang baru mencapai 169 Mega Watt (MW) dan hingga September 2021 mencapai 190 MW.

Begitu juga dengan potensi panas bumi Indonesia yang mencapai 24 GW, terbesar kedua di dunia. Saat ini kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang dioperasikan oleh Pertamina Geothermal Energy (PGE) mencapai 672 MW dan ditargetkan akan mencapai 1.128 MW pada 2026.

Dari bisnis panas bumi, saat ini Pertamina juga tengah melakukan studi untuk pengembangan green hydrogen dengan pilot project di wilayah kerja Ulubelu, Sumatera Selatan. Diproyeksikan, potensi produksi green hydrogen mencapai 8.600 kilogram per hari dari seluruh wilayah kerja panas bumi Pertamina.

Dengan potensi EBT yang sangat besar di Indonesia, Pertamina berharap dapat menjadi mitra utama pemerintah dalam mengawal transisi energi. Pertamina juga berkomitmen penuh untuk mendukung terwujudnya keberlanjutan di Indonesia melalui aspek environmental, social, and governance (ESG) yang terintegrasi dalam bisnisnya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pertamina Targetkan 17% Bisnis dari Energi Hijau di 2030

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular