
Panic Buying! Potret Warga China Serbu Supermarket di Beijing
Pemerintah China mendesak warganya untuk mulai 'menimbun' bahan-bahan kebutuhan sehari-hari.

Warga melihat-lihat produk usai pemerintah meminta masyarakat menyetok kebutuhan sehari-hari untuk keadaan darurat di salah satu supermarket di Beijing, China (3/11/2021). Pemerintah China mendesak warganya untuk mulai 'menimbun' bahan-bahan kebutuhan sehari-hari. Pemberitahuan diberikan secara resmi oleh Kementerian Perdagangan, Senin (1/11/2021) malam waktu setempat. (REUTERS/Thomas Peter)

Hal ini dilakukan seiring sejumlah masalah yang menyerang negara itu, mulai dari cuaca buruk, kekurangan energi dan pembatasan sosial akibat Covid-19 yang akan menganggu pasokan. Pemerintah juga berencana memperketat lockdown demi mencegah penularan Covid-19 varian delta sebelum Olimpiade Musim Dingin. (REUTERS/Thomas Peter)

Mendengar pemberitahuan tersebut, banyak warga yang bingung dan bergegas begitu saja ke supermarket guna membeli persediaan minyak goreng, beras dan unggas untuk kebutuhan darurat. Bukan hanya untuk musim dingin ini, China meminta warga menyetok makanan hingga musim semi. (REUTERS/Thomas Peter)

Hal ini mendadak membuat gelombang kepanikan di media China. Sejumlah netizen berspekulasi soal apa yang terjadi. "Pemerintah bahkan tidak menyuruh kami untuk menimbun barang saat wabah Covid merebak di awal 2020," tulis salah satu pengguna Weibo menanggapi kabar tersebut. (REUTERS/Thomas Peter)

Sementara itu, pemerintah terus meyakinkan bahwa persediaan makanan masih banyak. "Saat ini, pasokan kebutuhan sehari-hari di berbagai tempat cukup, dan pasokan harus dijamin sepenuhnya," ujar Direktur Departemen Promosi Konsumsi Kementerian Perdagangan China, Zhu Xiaoliang. (REUTERS/Thomas Peter)

Klaster Covid-19 baru muncul sejak 17 Oktober dari sebuah grup wisata. Dari awal ditemukan hingga kini, Covid-19 telah menyebar di 11 provinsi dengan ratusan kasus, dan menyebabkan China melakukan penguncian ketat di tiga kota. China sendiri telah mempertahankan kebijakan nol Covid-19 yang ketat. Ini terjadi saat sejumlah negara dunia secara bertahap membuka diri untuk belajar hidup bersama virus corona. (REUTERS/Thomas Peter)