Harga Minyak Diramal Masih Tinggi Hingga Pertengahan 2022

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
Senin, 01/11/2021 12:50 WIB
Foto: Aristya Rahadian Krisabella

Jakarta, CNBC Indonesia - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memproyeksikan harga minyak masih akan tinggi hingga pertengahan tahun 2022, meski akan ada koreksi.

Hal tersebut disampaikan oleh Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto.

Dia menyebut, pasokan dan permintaan minyak dunia tetap menjadi faktor penentu harga minyak dunia.


Seperti diketahui, awal pandemi Covid-19 tahun lalu sempat membuat harga minyak dunia anjlok. Imbasnya, juga turut membuat investasi di sektor hulu migas di Indonesia anjlok hingga 30%, sehingga beberapa proyek pun tertunda.

Namun kini, harga minyak tengah menunjukkan tren positif. Perlu diketahui, harga minyak jenis Brent pada Senin (1/11/2021) pukul 08:19, berada di kisaran US$ 83,2 per barel dan light sweet US$ 82,94 per barel, sudah jauh lebih tinggi dibandingkan saat awal pandemi 2020 lalu yang sempat menyentuh US$ 20-an per barel, bahkan sempat ada yang minus.

"Jadi kalau kita lihat, salah satu reason kenapa harga tinggi karena supply demand. Kita sampaikan juga sempat ada 30% penurunan investasi menyebabkan delay proyek-proyek tertentu," ungkapnya dalam wawancara bersama CNBC Indonesia, Senin (01/11/2021).

Kini, ketika pandemi mereda atau melandainya kasus penularan Covid-19, masalah yang dihadapi adalah musim dingin, sehingga mendongkrak permintaan energi dari masyarakat. Alhasil, harga migas pun ikut terkerek naik.

"Pasca pandemi ini, kemudian juga ada masalah winter, yang temperatur lebih dari tahun-tahun biasanya, konsumsi migas menjadi naik, sehingga harga meroket," jelasnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, pihaknya memperkirakan kondisi harga minyak yang tinggi masih akan berlangsung hingga pertengahan tahun depan. Meski saat memasuki musim panas kemungkinan akan terjadi koreksi.

"Beberapa negara tertentu siapkan cadangan lebih banyak, antisipasi hal-hal seperti ini. Kami melihat harga yang tinggi ini akan terkoreksi kira-kira kembali di posisi normal di atas US$ 60 per barel di pertengahan tahun 2022," ucapnya.

Berdasarkan data paparan SKK Migas dalam konferensi pers kuartal III beberapa pekan lalu, harga minyak Brent tahun 2021 rata-rata diperkirakan ada pada kisaran US$ 70 per barel. Pada kuartal IV 2021, diperkirakan Brent akan berada di posisi US$ 78 per barel dan WTI US$ 74 per barel.

Namun pada 2022 diperkirakan ada sedikit koreksi di mana Brent diperkirakan akan turun menjadi US$ 64 per barel. Berdasarkan data Rystad Energy, pada kuartal I 2022 diperkirakan harga minyak Brent masih tinggi US$ 70 per barel dan WTI US$ 67 per barel. Lalu di kuartal II harga Brent diperkirakan di kisaran US$ 64 per barel dan WTI US$ 61 per barel, setelah itu di kuartal III Brent akan terkoreksi menjadi US$ 60 per barel dan WTI menjadi US$ 57 per barel. Pada kuartal IV 2022 diperkirakan harga minyak Brent US$ 62 per barel dan WTI US$ 59 per barel.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Iran-Israel Memanas, RI Hadapi Risiko Kenaikan Harga Minyak