China Revisi Strategi Lawan Ancaman Lebih Ngeri dari Covid

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
29 October 2021 19:35
China's Chen Meng, left, and Sun Yingsha hold their national flag after winning the table tennis women's singles gold medal match at the 2020 Summer Olympics, Thursday, July 29, 2021, in Tokyo. (AP Photo/Kin Cheung)
Foto: AP/Kin Cheung

Jakarta, CNBC Indonesia - China telah mengajukan revisi rencana untuk mengurangi emisi karbon dioksida sebelum 2030. Tetapi banyak pengamat pesimis mengenai hal ini. Pasalnya negara penghasil 27% emisi global telah gagal menunjukkan hal ini sebagai bagian upaya menekan risiko buruk perubahan iklim yang dianggap lebih bahaya dari Covid-19

Mengutip Aljazeera, Beijing berjanji emisi karbon dioksidanya akan mencapai puncaknya sebelum 2030, dan membidik karbon netral atau atau emisi bersih tanpa CO2 sebelum tahun 2060. Tepatnya tiga hari menjelang KTT COP26 di Glasgow.

"Seperti yang ditegaskan Xi Jinping, untuk mengatasi perubahan iklim bukan atas permintaan orang lain tetapi atas inisiatif China sendiri. Ini yang perlu dilakukan China, serta memenuhi kewajibannya untuk membangun komunitas masa depan bagi umat manusia," tulis China dalam rencana, yang diserahkan ke PBB Kamis kemarin.

"China akan menerapkan strategi nasional proaktif tentang perubahan iklim," lanjutnya.

Untuk mencapai target, China akan menurunkan emisi CO2 per unit PDB lebih dari 65% dari tinggal 2005.

Ini juga akan meningkatkan pangsa bahan bakar non fosil untuk energi primer menjadi 25%. Lalu meningkatkan volume stok hutan sebesar 6 miliar meter kubik dari tingkat tahun 2005. Hingga membawa pembangkit tenaga angin dan surya menjadi lebih dari 1,2 miliar kilowatt pada tahun 2030.

Selain pembangkit tenaga surya dan angin, China juga berencana membangun bendungan pembangkit listrik tenaga air baru di hulu sungai Yangtze, Mekong, dan Yellow, serta memanfaatkan lebih banyak teknologi nuklir generasi baru.

Sebagai salah satu konsumen terbesar batu bara, China juga berjanji untuk mengurangi konsumsi batu bara antara tahun 2025 dan 2030. Batubara dianggap sebagai salah satu bahan bakar fosil yang paling berpolusi, yang saat ini menyumbang lebih dari 60% pasokan energi China. Namun rencana ini diragukan melihat krisis energi terjadi di China.

Bulan lalu China juga mengumumkan untuk berhenti membiayai proyek pembangkit listrik tenaga batu bara di luar negeri. Ini langkah yang besar, melihat China adalah pendukung terbesar proyek PLTU batu bara di dunia.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada yang Lebih Ngeri dari Covid, Organisme Kecil Kena Dampak!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular