Covid-19 Melonjak, Serang Kota Kecil Perbatasan di China

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
27 October 2021 19:53
Residents wearing face masks to help curb the spread of the coronavirus walk by a foreigner look at a red notice that reads:
Foto: AP/Andy Wong

Jakarta, CNBC Indonesia - China melaporkan hampir 250 kasus lokal Covid-19 sejak 17 Oktober lalu. Lonjakan kasus ini muncul di beberapa kota kecil di sepanjang perbatasan internasional di barat laut negara tersebut.

Data resmi pada Rabu (27/10/2021) menunjukkan China memiliki 50 kasus lokal baru per 26 Oktober. Ini jumlah harian tertinggi sejak 16 September lalu.

Namun jumlah ini juga lebih kecil dibandingkan dengan lebih dari 1.200 kasus lokal yang dilaporkan selama wabah Juli-Agustus dan lebih dari 2.000 kasus pada Januari selama musim dingin lalu.

Meski jumlah keseluruhan kasus infeksi masih sangat kecil dibandingkan dengan kasus negara lain, kenaikan ini tetap membuat China was-was. Sebab penyebaran geografis virus mengkhawatirkan otoritas lokal, sehingga mendorong kembalinya serangkaian penguncian wilayah (lockdown) serta pembatasan perjalanan pada sektor pariwisata.

Wilayah Beijing berhasil menjaga angka infeksi tetap rendah dengan mengkarantina dan menguji kasus-kasus potensial dengan cepat. Tetapi kota-kota perbatasan kecil berjuang melawan risiko infeksi yang lebih tinggi karena hanya memiliki sumber daya yang relatif sedikit.

Salah satu contohnya adalah Ejina Banner, sebuah divisi administrasi terpencil di perbatasan China dengan Mongolia. Wilayah ini dikunjungi 8 juta pengunjung pada tahun 2019 berkat atraksi seperti hutan tahan kekeringan yang akan berubah menjadi kuning keemasan setiap Oktober.

Tetapi wilayah dengan 36.000 penduduk kena imbas lonjakan kasus. Menurut pejabat setempat, Ejina telah dilockdown sejak pekan lalu, membuat hampir 10.000 turis tidak dapat pergi. Hampir setengah dari pengunjung tersebut berusia di atas 60 tahun.

"[Ejina Banner] memiliki lebih sedikit pekerja medis dan staf pengendalian virus," kata Fan Mengguang, pejabat kesehatan di Mongolia Dalam tempat Ejina bermarkas, kepada televisi pemerintah, dikutip dari Reuters.

"Karena Ejina besar tapi jarang penduduknya, sulit untuk menutup perbatasannya," kata Fan.

Ruili di provinsi barat daya Yunnan, juga diguncang oleh beberapa wabah domestik. Ini merupakan wilayah pembatasan dengan kasus terberat yang pernah China alami.

Orang-orang yang ingin meninggalkan kota, kecuali mereka yang pergi karena beberapa alasan penting, harus dikarantina di fasilitas terpusat setidaknya tujuh hari sebelum keberangkatan.

Ruili adalah titik transit utama bagi Yunnan, yang telah berjuang untuk memantau perbatasannya yang terjal sepanjang 4.000 km (2.485 mil) dengan Laos, Myanmar dan Vietnam. Ini tempat untuk imigrasi ilegal di tengah penyeberangan tidak sah oleh mereka yang mencari perlindungan dari pandemi.

Selain itu kota Lanzhou, provinsi Gansu dan beberapa wilayah kaya batu bara di provinsi Mongolia Dalam menjadi salah satu dari beberapa wilayah yang di-lockdown karena lonjakan kasus.

Kini negara terbesar di Asia itu mencatatkan 96.840 kasus infeksi sejak wabah pertama kali terdeteksi di Wuhan 2019. Total ada 4.636 kematian sejak pandemi menyerang, menurut data Worldometers per Rabu (27/10/2021).


(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article China akan Perpanjang Larangan Perbatasan Negara Hingga 2022

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular