
Sri Mulyani Angkat Isu Lebih Seram Dari Covid di Forum AIIB

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati kembali mengungkapkan ancaman bencana yang lebih seram dari pandemi Covid-19. Kali ini dipaparkan dalam Sidang Tahunan Keenam Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB).
Adapun ancaman yang dimaksud adalah perubahan iklim yang pasti akan terjadi jika tidak dilakukan pencegahan sejak saat ini. Oleh karenanya ia berharap AIIB bisa tetap mendukung Indonesia terutama dari sisi pembiayaan untuk memitigasi perubahan iklim.
"Pembiayaan perubahan iklim merupakan langkah yang harus dilakukan saat ini oleh semua negara termasuk Indonesia sebagai negara berkembang. Namun, negara berkembang harus diberikan fleksibilitas dan tidak dipatok dengan standar yang sama dengan negara maju mengingat perbedaan kapasitas fiskal yang dimiliki," ujarnya melalui keterangan resmi yang dikutip Rabu (27/10/2021).
Menurutnya, dalam dua tahun terakhir, AIIB telah mengalokasikan dana sebesar US$ 2,899 juta untuk Indonesia yang dibagi menjadi dua. Pertama untuk penanganan Covid-19 Crisis Recovery Facility (CRF) hingga April 2022 sebesar US$ 1,500 juta dan untuk infrastruktur sebesar US$ 1,399 juta.
Dengan demikian, Ia pun berharap kerjasama dengan AIIB bisa terus berlanjut. Sehingga pemerintah kedepannya bisa lanjut memperkuat investasi ke infrastruktur terutama yang berkelanjutan.
"Terkait dengan transisi menuju ekonomi rendah karbon secara global, dimensi ekonomi dan moral dari transisi ini perlu diterjemahkan pada prinsip hukum dan peraturan. Prinsip-prinsip ini kemudian perlu kita observasi. Negara maju mempunyai kewajiban untuk membantu di negara berkembang dalam melawan perubahan iklim dan transisi untuk menurunkan emisi dengan proses transisi adil dan terjangkau (just and affordable transition)," jelasnya.
Bendahara ini juga menjelaskan bahwa Indonesia akan memimpin dalam transisi energi melalui peluncuran kemitraan dengan Bank Pengembangan Asia (Asian Development Bank) untuk melakukan studi terkait Mekanisme Transisi Energi atau Energy Transition Mechanism (ETM) pada pertemuan United Nations Climate Change Conference (COP26).
Program ini bertujuan untuk memungkinkan penghentian PLTU batubara dan bergeser ke energi terbarukan. Tetapi untuk dapat mencakup seluruh PLTU, program ini akan membutuhkan investasi yang besar.
"Kita membuka diri untuk bekerja sama dengan pihak-pihak yang tertarik, termasuk AIIB, untuk mereplikasi, meningkatkan, dan menyukseskan instrumen transisi energi ini," tegasnya.
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ramalan Ngeri Sri Mulyani soal Ancaman Baru, Bukan Covid-19!