Internasional

Dear China, Mr Xi Jinping Dicari-cari di Sini

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
26 October 2021 16:30
Xi Jinping. (REUTERS/Jason Lee)
Foto: Xi Jinping. (REUTERS/Jason Lee)

Jakarta, CNBC Indonesia - Para pemimpin dunia dijadwalkan akan berkumpul dalam KTT perubahan iklim COP 26 di Glasgow, Inggris yang dimulai Minggu (31/10/2021). Nantinya para kepala negara itu akan mendiskusikan ancaman-ancaman yang sudah mulai timbul akibat pemanasan global.

Meski dihadiri banyak kepala negara, Presiden China Xi Jinping disebutkan tidak akan hadir dalam pertemuan akbar itu. Ia menugaskan wakil menteri lingkungan Zhao Yingmin bersama dengan veteran Xie Zhenhua, yang diangkat kembali sebagai utusan iklim utama negara itu.

Hal ini pun sontak menurunkan pamor forum tersebut. Pasalnya China merupakan salah satu negara penyumbang polusi terbesar dunia bersama Amerika Serikat (AS) dan India.

Banyak pihak menilai bahwa Negeri Tirai Bambu tidak dapat menawarkan solusi baru mengingat negara itu juga mendapatkan masalah pasca fokus dengan perubahan iklim. Kini China mengalami krisis energi.

"Ketidakhadiran Presiden China Xi Jinping yang diperkirakan dari pembicaraan dapat menunjukkan bahwa produsen CO2 terbesar di dunia telah memutuskan bahwa mereka tidak memiliki konsesi lagi untuk ditawarkan," kata seorang pengamat iklim kepada Reuters, Selasa (26/10/2021).

Beijing sebelumnya beberapa kali menebalkan komitmennya dalam menanggulangi masalah perubahan iklim dan polusi. Bahkan, Xi Jinping sempat menyebut akan mulai mengurangi konsumsi batu bara pada tahun 2026 dan mengakhiri pendanaan pembangunan PLTU batu bara di luar negeri.

Selain itu, Xi juga berjanji mempercepat upaya China untuk menjadi "netral karbon" di 2060. Termasuk mendukung negara berkembang mengembangkan energi hijau dan rendah karbon.

"Kami akan melakukan segala upaya untuk mencapai tujuan ini," ujarnya dalam pidato yang direkam sebelumnya pada beberapa pekan lalu.

Ancaman perubahan iklim semakin lantang disuarakan peneliti dan pemerhati lingkungan global. Terbaru, beberapa lembaga keilmuan menyebut bahwa pemanasan global bisa saja lebih dari standar yang ditetapkan Kesepakatan Paris di angka 1,5°C.

Ini mulai menyebabkan permasalahan seperti naiknya permukaan air laut dan anomali cuaca yang ekstrem. Beberapa negara sudah mengalami banjir parah akibat badai yang lebih buruk dari biasanya.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Pesan Xi Jinping untuk Orang Kaya di China

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular