Ada yang Lebih Ngeri dari Covid, Perusahaan Ini Malah Cuek!
Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah laporan terbaru menyebutkan bahwa perusahaan minyak dan gas Prancis, Total, meremehkan ancaman pemanasan global dari tahun 1970-an. Hal ini diungkapkan berdasarkan wawancara dengan mantan eksekutif perusahaan dan dokumen internal.
Dalam laporan yang diposting di jurnal peer-review Global Environment Change, Total dituduh sengaja mengabaikan peringatan yang didengungkan oleh para peneliti. Bahkan, perusahaan itu juga disebutkan merusak kepercayaan mengenai perubahan iklim.
"Total mulai mempromosikan keraguan mengenai dasar ilmiah untuk pemanasan global pada akhir 1980-an, bergerak dari penolakan ke penundaan," tulis laporan yang dirilis pada Rabu (20/10/2021) sebagaimana dikutip AFP.
"Perusahaan itu pada akhirnya menetapkan posisi pada akhir 1990-an untuk menerima ilmu iklim secara publik sambil mempromosikan penundaan kebijakan atau kebijakan yang terkait dengan pengendalian bahan bakar fosil."
Penelitian itu juga menuliskan bahwa Total terakhir kali menyerukan mengenai perubahan iklim pada 1971. Ini dituliskan di tabloid miliknya. Namun setelah 1971 hingga sekarang belum ada lagi peringatan lingkungan yang dikeluarkan perusahaan itu.
"Dalam komunikasi publik perusahaan, pemanasan global diremehkan dan dampak aktivitas manusia terhadap gangguan ini disangkal," klaim para ilmuwan.
Hal ini pun mengundang sanggahan keras dari Total. Seorang juru bicara Total mengatakan perusahaan secara terbuka mengakui temuan ilmu iklim 25 tahun yang lalu mengenai potensi pemanasan global dan perusahaan itu menaruh kepeduliannya atas ancaman bencana ekologis ini.
"TotalEnergies merasa disesalkan dipanggil untuk situasi dari 50 tahun yang lalu tanpa menyoroti upaya, perubahan, kemajuan, dan investasi yang dilakukan sejak saat itu."
Mei lalu, Badan Energi Internasional (IEA) untuk pertama kalinya menyusun susunan rencana agar dunia dapat melakukan transisi ke sistem energi nol emisi pada tahun 2050 mendatang. Dalam perencanaan itu, tidak diizinkan ada lagi investasi dalam proyek eksplorasi bahan bakar fosil baru.
Banyak kalangan termasuk ilmuwan, meyakini dampak buruk perubahan iklim kini dan masa mendatang, diyakini lebih mengerikan dari pandemi Covid-19.
(hoi/hoi)