Awas, Utang BUMN Makin Bengkak! Ingat Evergrande Lho...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 October 2021 16:55
Ilustrasi Dollar
Ilustrasi Dolar AS (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Evergrande, perusahaan properti kedua terbesar di China, membuat geger seluruh dunia. Masalah keuangan yang melilit perusahaan itu membuatnya gagal memenuhi kewajiban utang.

Awal pekan ini, Evergrande gagal bayar (default) kupon obligasi senilai hampir US$ 150 juta. Sebelumnya, Evergrande sudah default pembayaran kupon sebanyak dua kali.

Saat ini Evergrande memiliki total kewajiban yang ditaksir bernilai US$ 300 juta. Terbaru, Evergrande ternyata punya tanggungan sekitar US$ 93 juta kepada Changchun Jitao Real Estate Development Co.

Masalah utang Evergrande berdampak luas. Pasar keuangan dunia ketar-ketir karena situasi Evergrande jelas memukul sektor finansial Negeri Tirai Bambu. Dengan status sebagai kekuatan ekonomi terbesar kedua dunia dan nomor satu di Asia, masalah di China tentu akan menyebabkan guncangan yang luar biasa.

"Kami tetap mempertahankan posisi underweight terhadap sektor properti di China dalam portofolio kami. Tidak ada rencana untuk menambah eksposur dalam waktu dekat," tegas Verginie Masonneuve, Global CIO Equity di Allianz Global Investors, seperti dikutip dari Reuters.

Halaman Selanjutnya --> Utang Luar Negeri Korporasi Turun

Saat mata dunia menyorot Evergrande, bagaimana dengan perusahaan-perusahaan di Indonesia? Apakah ada risiko mengalami hal serupa?

Melihat data Utang Luar Negeri (ULN), sepertinya tidak perlu ada kekhawatiran. Saat ULN pemerintah dan bank sentral naik, ULN swasta (termasuk BUMN) malah turun.

ULN swasta pada Agustus 2021 mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif 1,2% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh kontraksi pertumbuhan ULN lembaga keuangan sebesar 6% yoy, lebih dalam dibandingkan kontraksi pada bulan sebelumnya sebesar 5,0% yoy. Selain itu, pertumbuhan ULN perusahaan bukan lembaga keuangan mengalami perlambatan dari 1,4% yoy pada Juli 2021 menjadi sebesar 0,1% yoy.

Dengan perkembangan tersebut, posisi ULN swasta pada Agustus 2021 tercatat sebesar US$ 206,8 miliar, menurun dibandingkan dengan posisi bulan sebelumnya sebesar US$ 207,4 miliar. Berdasarkan sektornya, ULN swasta terbesar bersumber dari sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas, dan udara dingin, sektor pertambangan dan penggalian, serta sektor industri pengolahan, dengan pangsa mencapai 76,6% dari total ULN swasta. ULN tersebut masih didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 76,5% terhadap total ULN swasta.

Akan tetapi, sepertinya ULN BUMN perlu mendapat perhatian khusus. Pasalnya, ada indikasi lajunya semakin cepat.

Contoh, pada 2021 total ULN di BUMN non-keuangan adalah US$ 48,17 miliar per Agustus 2021. Tumbuh 3,42% yoy, lebih cepat ketimbang pertumbuhan Juli 2021 yaitu 2,34% yoy.

Sementara ULN perusahaan swasta nasional per Agustus 2021 adalah US$ 43,37 miliar atau turun 1,69% yoy. Pada Juli 2021, ULN swasta nasional naik 2,11% yoy.

BUMN kerap kali menjadi acuan, market maker, penentu gerak korporasi swasta. Kalau sampai BUMN bermasalah gara-gara pembengkakan utang, maka korporasi Indonesia secara keseluruhan bisa ikut terseret.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular