Bereskan Masalah Listrik, Negara Butuh Rp 152 T di 2022

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
14 October 2021 17:20
Hari Listrik Nasional (doc. PLN)
Foto: Hari Listrik Nasional (doc. PLN)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kebutuhan investasi proyek ketenagalistrikan tahun depan diperkirakan mencapai 152 triliun.

Sebagaimana tercantum dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030.

Investasi kelistrikan tahun depan terdiri dari investasi pembangkit dari produsen listrik swasta atau Independent Power Producer (IPP) sebesar Rp 72,2 triliun, pembangkit PT PLN (Persero) Rp 25,2 triliun.

Lalu transmisi dan gardu induk (GI) sebesar Rp 30,5 triliun, distribusi sebesar Rp 17,7 triliun, dan lain-lain sebesar Rp6,4 triliun.

Dalam sepuluh tahun ke depan kebutuhan investasi PLN dan swasta rata-rata sebesar Rp 128,7 triliun per tahun. Terdiri dari investasi swasta sebesar Rp 56,3 triliun per tahun dan PLN sebesar Rp 72,4 triliun per tahun.

"Investasi PLN meliputi pembangkit sebesar Rp 28,5 triliun per tahun, transmisi dan GI Rp 21,3 triliun per tahun, distribusi Rp 17,6 triliun per tahun serta lainnya Rp 5 triliun per tahun," kutip RUPTL.

Kebutuhan investasi ini hanya memperhitungkan kebutuhan infrastruktur saja, namun tidak memperrtimbangkan kebutuhan investasi untuk pemeliharaan sekitar Rp 22,5 triliun per tahun.

Dalam kurun waktu 10 tahun ke depan, investasi sektor kelistrikan paling besar terjadi di tahun 2021-2025. Hal ini dikarenakan masih ada program dari pemerintah berupa mega proyek 35.000 megawatt (MW).

Selain itu juga karena pengembangan pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) semakin masif demi mengejar bauran energi sebesar 23% pada tahun 2025 mendatang.

"Namun kebutuhan investasi mulai tahun 2026 akan menurun karena tidak diperlukan penambahan pembangkit baru yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan listrik," jelasnya.

Sebelumnya, Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan bahwa arah kebijakan energi nasional yaitu transisi dari energi fosil ke energi yang lebih bersih, minim emisi, dan ramah lingkungan.

Menurutnya, ini sesuai dengan komitmen Indonesia untuk mencapai penurunan emisi gas rumah kaca pada Paris Agreement sebesar 29% dan 41% dengan bantuan internasional.

"Saat ini komitmen atasi perubahan iklim disikapi dengan roadmap net zero emissions. Tantangan net zero adalah sediakan listrik dari energi yang rendah karbon sampai pada keharusan kurangi energi fosil batu bara pada pembangkitan besar dan punya harga relatif murah, dan industri dituntut menggunakan energi rendah karbon agar produk bisa diserap," paparnya dalam dalam Webinar Diseminasi RUPTL PLN 2021-2030, Selasa (05/10/2021).

Dia menyebut, pertumbuhan listrik pada RUPTL sebelumnya tidak sesuai dengan kondisi saat ini. Pada RUPTL 2019-2028, pertumbuhan konsumsi listrik rata-rata ditargetkan 6,4% per tahun. Namun pada RUPTL 2021-2030 ini pertumbuhan konsumsi listrik diperkirakan rata-rata sekitar 4,9% per tahun.

RUPTL 2021-2030 ini pun menurutnya lebih hijau karena porsi energi baru terbarukan (EBT) lebih besar yakni 51,6%, sementara porsi energi fosil lebih rendah yakni 48%.


(dru)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Penghapusan Listrik Buat 'Orang Miskin' 450 VA Bikin Heboh

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular