Menteri Energi India Ungkap Krisis Energi & Biang Keroknya

Rahajeng KH, CNBC Indonesia
Selasa, 05/10/2021 19:26 WIB
Foto: Pelonggaran lockdown di India. (AP/Channi Anand)

Jakarta, CNBC Indonesia - India berpotensi menghadapi masalah pasokan energi dalam beberapa bulan mendatang karena kekurangan batu bara dan lonjakan permintaan pascapandemi.

Hal ini diungkapkan setelah China dan negara-negara Eropa menghadapi krisis energi yang mengganggu rantai pasokan global dan membuat harga melonjak.

"Biasanya permintaan mulai turun pada paruh kedua Oktober... ketika (cuaca) mulai mendingin," kata Menteri Energi India R. K. Singh, dilansir dari AFP, Selasa (5/10/2021).


"Permintaan tidak akan hilang, itu akan meningkat ... Kami telah menambahkan 28,2 juta konsumen. Kebanyakan dari mereka adalah kelas menengah ke bawah dan miskin, jadi mereka membeli kipas angin, lampu, televisi," katanya.

Pembangkit listrik tenaga batu bara India memiliki stok rata-rata empat hari pada akhir September, dan menjadi yang terendah dalam beberapa tahun. Lebih dari setengah pembangkit dalam keadaan siaga untuk pemadaman dan pemerintah sedang mempertimbangkan untuk menghidupkan kembali pembangkit listrik yang menganggur.

Batubara telah menyumbang hampir 70% dari pembangkit listrik India dan sekitar tiga perempat dari bahan bakar fosil ditambang di dalam negeri. Perusahaan Raksasa yang dikelola negara, Coal India, yang memproduksi sebagian besar pasokan negara itu, mengatakan bahwa pihaknya berada di 'ambang perang' untuk memastikan pengiriman yang memadai.

Permintaan batu bara melonjak di negara dengan ekonomi terbesar ketiga di Asia, setelah gelombang virus Covid-19. India telah dilanda curah hujan tinggi baru-baru ini yang membanjiri tambang dan mengganggu transportasi.

Hal ini mendorong kenaikan harga secara tajam bagi pembeli batu bara, termasuk pembangkit listrik. Terlebih lagi, pembelian batu bara di luar negeri mahal karena harga internasional juga melambung tinggi.

"Sampai pasokan benar-benar stabil, kami cenderung melihat pemadaman listrik di beberapa kantong, sementara pelanggan di tempat lain mungkin diminta membayar lebih untuk listrik," Pranav Master, direktur penasihat infrastruktur di perusahaan pemeringkat kredit Crisil.

"Karena harga batu bara impor melonjak tinggi, pembangkit yang menggunakan batu bara domestik harus melakukan banyak pengangkatan berat. Kondisinya diperkirakan akan lebih baik saat hujan mereda."

Negara-negara Eropa juga menghadapi krisis listrik, dengan cadangan gas alam yang rendah dan harga energi yang melonjak. Misalnya saja, China yang telah dilanda pemadaman listrik yang meluas yang telah menutup atau menutup sebagian pabrik. Hal ini pun memberikan pukulan pada proses produksi dan rantai pasokan global.

Singh bersikeras bahwa pemerintah India sedang bekerja keras untuk mencegah krisis, dengan mengatakan bahwa sejauh ini pihaknya masih bisa memasok jumlah listrik sesuai permintaan.


(rah/rah)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Batubara Sebagai Tulang Punggung Ketahanan Energi Nasional