Belum Punah, PLN Tambah 13.819 MW PLTU Batu Bara Hingga 2030
Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menerbitkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030. Di dalam RUPTL yang baru ini masih akan ada penambahan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan kapasitas sebesar 13.819 megawatt (MW).
Direktur Perencanaan Korporat PLN Evy Haryadi dalam Webinar Diseminasi RUPTL PLN 2021-2030, Selasa (05/10/2021), menyampaikan gambaran dari porsi RUPTL 2019-2028 dengan RUPTL 2021-2030 di sisi pembangkitan terjadi pengurangan.
Dari mulanya, rencana penambahan kapasitas pembangkit sebesar 56,4 giga watt (GW) diturunkan menjadi 40,6 GW. Di dalam bahan presentasi yang dipaparakan, sampai dengan tahun 2027, masih akan ada pembangunan PLTU.
"PLTU masih ada sampai 2027. Ini bukan pembangunan baru. Ini adalah pembangkit ongoing project dari proyek 35 GW yang sudah tanda tangan Power Purchase Agreement (PPA) 2015-2019 lalu," ungkapnya.
Secara perinci, selain PLTU penambahan kapasitas pembangkit di dalam RUPTL 2021-2030 adalah berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Gas/Gas Uap/Mesin Gas (PLTG/GU/MG/D) 5,8 GW atau 14%, Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) sebesar 10,4 GW atau 26%.
Lalu Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) sebesar 3,35 GW atau 8%, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebesar 4,68 GW atau 12%, PLT EBT lain 1,48 GW atau 4%, dan PLT EBT Base 1,01 GW sebesar 2%.
"Pembangkit baru akan diisi pembangkit green 51,6% dengan komposisi PLTA 10 GW 26%, PLTP 3,4 GW 8% dan PLTS 4,7 GW atau 12% dan sisanya PLT EBT lainya 4% dan 2%," jelasnya.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, arah kebijakan energi nasional, yaitu transisi dari energi fosil ke energi yang lebih bersih, minim emisi, dan ramah lingkungan.
Menurutnya, hal tersebut sesuai dengan komitmen Indonesia untuk mencapai penurunan emisi gas rumah kaca pada Paris Agreement sebesar 29% dan 41% dengan bantuan internasional.
"Saat ini komitmen atasi perubahan iklim disikapi dengan roadmap net zero emissions. Tantangan net zero adalah sediakan listrik dari energi yang rendah karbon sampai pada keharusan kurangi energi fosil batu bara pada pembangkitan besar dan punya harga relatif murah, dan industri dituntut menggunakan energi rendah karbon agar produk bisa diserap," paparnya.
Dia menyebut, pertumbuhan listrik pada RUPTL sebelumnya tidak sesuai dengan kondisi saat ini. Pada RUPTL 2019-2028, pertumbuhan konsumsi listrik rata-rata ditargetkan 6,4% per tahun. Namun pada RUPTL 2021-2030 ini pertumbuhan konsumsi listrik diperkirakan rata-rata sekitar 4,9% per tahun.
RUPTL 2021-2030 ini pun lebih hijau karena porsi EBT lebih besar yakni 51,6%, sementara porsi energi fosil lebih rendah yakni 48%.
"Serangkaian diskusi panjang antara pemerintah dan PLN dan memperhatikan masukan dari kementerian dan lembaga terkait. RUPTL 2021-2030 dapat menjawab semua masalah di sektor ketenagalistrikan. RUPTL ini lebih hijau karena penambahan kapasitas pembangkit EBT menjadi 51% dan fosil 48% dengan pertimbangan kemampuan investasi PLN," ungkapnya.
(miq/miq)