Pelajaran Krisis Inggris, PLN Tetap Pakai PLTU Hingga 2060

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
05 October 2021 15:55
Perjalanan PLN Pensiunkan PLTU Batu Bara
Foto: Ilustrasi PLTU (CNBC Indonesia/Edward Ricardo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Inggris dan beberapa negara Eropa sedang mengalami krisis energi. Salah satu penyebabnya adalah harga gas yang melambung tinggi. Kondisi itu menyebabkan ongkos produksi listrik dari gas menjadi tidak ekonomis.

Mahalnya harga gas membuat mereka memilih untuk kembali memanfaatkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbasis batu bara. Pemanfaatan kembali PLTU sebenarnya bertolak belakang dengan kampanye energi bersih negara Eropa.

Mengenai krisis energi di Inggris, PT PLN (Persero) pun angkat bicara. Direktur Perencanaan Korporat PLN Evy Haryadi menyampaikan operasional PLTU tidak turun drastis dalam upaya RI mengejar target net zero emisi pada tahun 2060.

"Kebetulan sampai 2027 ada on going project masih akan bangun pembangkit batu bara dan kondisi oversupply baru teratasi di atas 2030," ungkapnya dalam dalam Webinar Diseminasi Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2021-2030, Selasa (05/10/2021).



Dengan demikian apa yang dikhawatirkan dari krisis energi di Inggris diperkirakan tidak akan terjadi di Indonesia. Hal itu dikarenakan Indonesia masih memiliki banyak sumber energi.

Evy menjelaskan sumber EBT yang digunakan untuk pembangkit di Indonesia bersumber dari dalam negeri seperti Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang menjadi tulang punggung di dalam RUPTL 2021-2030. RUPTL baru ini disebut menjadi RUPTL hijau, karena sampai tahun 2030 penambahan pembangkit akan banyak berasal dari energi hijau.

"Energi yang memang pemenuhan di sisi internal di mana PLTA dan geothermal jadi backbone utama di dalam RUPTL kita 2021-2030 ini. Kita punya PLTA lebih dari 3.000, termasuk PLTP 3,3 GW dan PLTS 4,7 GW, di mana energi EBT cukup sustain," jelasnya.

Evy menjelaskan kebutuhan investasi EBT di RUPTL 2021-2030 untuk pembangkitan Independent Power Producer (IPP) mencapai Rp 560-an triliun dalam sepuluh tahun ke depan. Sementara dari sisi PLN sebesar sekitar Rp 700-an triliun termasuk transmisi dan distribusi.

"Pembangkit Rp 260-an triliun dikaitkan dengan energi EBT maka dengan porsi 51% dari total investasi Rp 400-an triliun diperkirakan biaya investasinya Rp 400 triliun-Rp 500 triliun di proyeksi RUPTL 2021-2030," lanjutnya.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mati Lampu! Inggris Padam Listrik Besar-besaran, Krisis?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular