Jelang Oktober, Kasus Covid-19 di RI Makin Landai

dob, CNBC Indonesia
30 September 2021 19:22
Ilustrasi Virus Covid-19 (Photo created by wirestock via Freepik)
Foto: Ilustrasi Virus Covid-19 (Photo created by wirestock via Freepik)

Jakarta, CNBC Indonesia- Jelang akhir September 2021, Kasus Covid-19 di Indonesia masih terus melandai, meskipun sejumlah negara tetangga mengalami lonjakan kasus.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan pada Kamis (30/9/2021), hingga pukul 12.00 WIB, kasus Covid-19 pada hari ini bertambah 1.690 orang, turun dibandingkan kemarin 1.954 orang. Total konfirmasi positif Covid-19 pada hari ini mencapai 4,215 juta kasus.

Sementara itu, kasus kesembuhan bertambah 2.848 orang sehingga total menjadi 4,037 juta orang. Adapun kasus kematian bertambah 113 orang, bertambah 141.939 orang.

Dinamika kasus ini membuat kasus aktif kembali turun menjadi 36.141, dibandingkan dengan sehari sebelumnya 37.412 kasus.

Sebelumnya, ahli Virologi Universitas Udayana Profesor I Gusti Ngurah Kade Mahardika mengatakan alasan mutasi yang terjadi pada virus SARS CoV-2 karena virus RNA ini sifatnya mudah berubah dan memiliki mesin 'fotokopi' RNA Polimarase. Namun dibandingkan dengan virus RNA lainnya seperti HIV dan Influenza, corona jauh lebih stabil.

"Dari perkembangan dua tahun dia mengalami perubahan jumlah asam amino yang mengalami perubahan dalam protein spikenya hanya sekitar 50 kurang, dibandingkan dengan 1.300 asam amino penyusun spike. Jadi sangat rendah presentasinya mutasi yang terjadi menjadi varian sungguhan," kata Mahardika, Kamis (30/9/2021).

Saat ini salah satu mutasi yang penyebarannya mendominasi yakni varian delta, yang pekan ini tercatat 98% menjadi virus yang bersirkulasi di dunia. Sementara varian baru yang kini menjadi perhatian yakni B.1621 atau varian Mu, hanya berkontribusi 1% dari infeksi Covid-19 di seluruh dunia.

"Perubahan yang sering berasosiasi dengan keganasan dan cepat menular, itu terjadi pada varian Mu dan Delta, tetapi perubahannya minimum sekali sebenarnya," ujarnya.

Ketika ada mutasi baru, maka ada indikasi berubah sifat daya tularnya seperti yang terjadi pada varian Delta. Terkait efektivitas vaksin pada mutasi yang terjadi, menurutnya jika tidak banyak perubahan pada antibody binding dalam virus tersebut, maka vaksin yang digunakan saat ini masih efektif.

"Kalau hanya satu atau dua yang berubah dan lainnya masih stabil, efektivitas vaksin harusnya masih bisa bekerja. Perubahan itu belum menyebabkan varian tersebut menjadi resisten terhadap vaksin dan vaksin tampaknya masih efektif pada semua varian saat ini," kata Mahardika.

Dia menilai saat ini untuk Varian Mu belum menjadi ancaman, karena saat ini hanya sekitar 1% dari sirkulasi penyebarannya di dunia dan 5% di Amerika Selatan. Padahal, virus Mu munculnya lebih dulu dibandingkan varian Delta yang kini menjadi dominan.

"Dengan sifat yang kita tahu, indikasinya adalah virus mu ini memiliki daya tular yang lebih tinggi dibandingkan virus awal di Wuhan dengan reproduction number 2-3. Tapi asosiasi dengan gejala belum ada, berbeda dengan Delta yang reproduction number-nya 8-10, artinya varian ini memiliki daya tular yang tinggi. Tapi sekali lagi belum ada indikasi perubahan ini disertai dengan gejala klinis dan jenis gejala yang ditimbulkan," jelasnya.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Data Baru Sebut China Sudah Kaji Covid Sebelum Pandemi Meledak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular