Belum Sunset, Konsumsi Batu Bara RI Bisa 310 Juta Ton di 2050

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
30 September 2021 18:35
Kapal tongkang Batu Bara (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Kapal tongkang Batu Bara (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kebutuhan batu bara domestik diperkirakan masih akan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, meski pemerintah terus menggenjot penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT).

Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Suryo Eko Hadianto.

Dia mengatakan, kebutuhan batu bara domestik pada tahun 2020 mencapai sebesar 105 juta ton. Diperkirakan akan terus mengalami peningkatan di mana pada 2025 diperkirakan menjadi 112 juta ton, lalu 2030 akan naik lagi menjadi 139 juta ton, tahun 2040 menjadi 206 juta ton, dan pada 2050 akan menyentuh 310 juta ton.

Kebutuhan energi domestik dalam kondisi post Covid-19 masih akan mengalami kenaikan setiap tahunnya sebesar 5,21%, sehingga kebutuhan batu bara domestik diproyeksikan akan ada penambahan sampai dengan 205 juta ton hingga 2050 atau sebesar 3,67% kenaikan per tahunnya.

"Proyeksi kebutuhan domestik 2020 tercapai 105, tahun 2025 diperkirakan naik menjadi 112, di tahun 2050 dalam negeri kira-kira akan mengkonsumsi 310 juta ton. Artinya periode 2021-2050 akan terjadi peningkatan konsumsi batu bara dalam negeri 205 juta ton," ungkapnya dalam acara Gatra Apresiasi Energy 2021, Kamis (30/09/2021).

Suryo menyebut proyeksi peningkatan kebutuhan energi ini menjadi sebuah peluang bagi PTBA, meski terdampak Covid-19 tapi kebutuhan energi masih akan naik. Selain itu, batu bara juga masih menjadi kontributor terbesar untuk mendukung kebutuhan energi jangka panjang.

"Salah satunya karena Indonesia membutuhkan energi murah untuk produk-produknya bersaing di internasional. Karena hampir semua produk industri membutuhkan komponen energi cukup besar. Siapa yang biaya energinya murah, maka produknya akan murah," jelasnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, EBT memang lebih murah daripada minyak, akan tetapi jika dibandingkan dengan batu bara masih 2x lipat lebih mahal, sehingga akan menjadi beban nasional jika buru-buru beralih ke EBT.

"Memang climate change, isu Paris Agreement, dan kecenderungan negara maju ingin ubah dari batu bara ke EBT," lanjutnya.

Mengenai pemenuhan kebutuhan batu bara dalam negeri, Suryo menyebut PTBA terus berkomitmen meski saat ini harga batu bara masih terus meroket.

"Di awal 2021 harga batu bara naik cukup tinggi, sehingga ini membuat beberapa produsen tergiur untuk utamakan ekspor dan membuat pasokan batu bara dalam negeri mengalami kendala. PTBA melakukan penambahan pasokan batu bara ke PLN agar listrik nasional terjaga dengan baik," tuturnya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos PTBA Ungkap Kondisi Terkini Pengambilalihan PLTU PLN

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular