Internasional

Biden Sebut-sebut Perang Dingin di Depan PBB, Ada Apa?

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
22 September 2021 09:05
President Joe Biden speaks about the bombings at the Kabul airport that killed at least 12 U.S. service members, from the East Room of the White House, Thursday, Aug. 26, 2021, in Washington. (AP Photo/Evan Vucci)
Foto: AP/Evan Vucci

Jakarta, CNBC Indonesia - Sidang Majelis Umum PBB kini sedang berlangsung di New York Amerika Serikat (AS). Sejumlah pemimpin negara memberi pidato dalam acara tersebut, Selasa (21/9/2021) waktu setempat.

Hal sama juga dilakukan Presiden AS Joe Biden. Dalam kesempatan itu, ia menyebut soal 'perang dingin' dengan China.

Ia mengatakan negerinya tak mencari perang dingin baru. "Atau membagi dunia menjadi blok-blok kaku," tegasnya sebagaimana dikutip AFP.

Ia pun kembali menegaskan bahwa AS siap bekerja sama dengan negara manapun. Terutama dalam mengejar "resolusi dama".

Biden memang tidak spesifik menyebut nama China dalam kesempatan itu. Tapi ia sempat menyindir seraya memberi peringatan tentang hak asasi manusia (HAM) di Xinjiang yang melibatkan etnis Uighyur di China.

Biden menyatakan dirinya sebagai presiden AS pertama dalam 20 tahun yang tidak menjalankan perang setelah penarikan pasukannya dari Afghanistan pasca diambil alih oleh kelompok Taliban."Sebaliknya, Amerika membuka era baru diplomasi tanpa henti," kata Biden.

Sebelumnya, AS sendiri telah membuat pakta baru di Indo-Pasifik. Aliansi pertahanan itu diteken bersama Australia dan Inggris, yang akan meningkatkan kemampuan Canberra memiliki kapal selam nuklir.

Ini akan memungkinkan angkatan laut Australia untuk melawan sejumlah negara yang dianggap 'musuh' di kawasan. Meski tak spesifik menyebut China, diketahui militer AS dan sekutu kerap 'bermain' di Asia Pasifik untuk mencegah pengaruh China.

"Ini akan memberi Australia kemampuan kapal selam mereka untuk dikerahkan untuk waktu yang lebih lama, lebih tenang, lebih mampu, memungkinkan kita untuk mempertahankan dan meningkatkan pencegahan di seluruh Indo-Pasifik," kata seorang pejabat senior administrasi AS dikutip CNBC Internasional pekan lalu.

"Apa yang kami lihat di kawasan Indo-Pasifik adalah serangkaian keadaan untuk menjadi lebih mumpuni. Ini memungkinkan Australia untuk bermain di level yang jauh lebih tinggi, dan untuk meningkatkan kemampuan Amerika."

China sendiri menuangkan amarahnya terkait aliansi ini dan menyebutnya 'proliferasi nuklir'. Negara pimpinan Presiden Xi Jinping itu menyebut bahwa kerjasama itu telah mengganggu stabilitas Asia Pasifik.

AS-China selama ini memang terjebak dalam banyak konflik. Mulai dari perdagangan, teknologi, asal-usul Covid-19 HAM di Xinjiang dan Hong Kong hingga Laut China Selatan (LCS). Kedua negara juga kerap saling menjatuhkan sanksi.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Biden Besok Jalan-jalan ke Asia, Ngapain Aja?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular