Gokil! Uang Kuno RI Ternyata Banyak Diburu Orang Asing
Jakarta, CNBC Indonesia - Siapa sangka uang kuno rupiah bukan hanya digandrungi masyarakat lokal di Indonesia, tapi juga diincar oleh mereka warga negara asing (WNA).
Hal tersebut diceritakan langsung oleh Ahmad Diki Hamdani (25 tahun) yang sudah sejak 2018 menjadi penjual uang kuno.
Kepada CNBC Indonesia, Ahmad bercerita, kesukaannya dengan uang kuno karena saat usianya 18 tahun dirinya diberikan uang kuno dari koleganya. Dari situ, ia mulai belajar memahami seluk-beluk uang kuno.
"Awal tahun 2018 kemudian saya mencoba jualan. Alasan saya menjual uang kuno, karena saya ingin menjajal usaha sendiri. Ngeliat jarang yang jual di marketplace, jadi tertarik jualan uang kuno," ujarnya kepada CNBC Indonesia beberapa hari lalu.
Dari pengalamannya berjualan tersebut, Ahmad mengatakan bahwa yang paling banyak dicari oleh masyarakat kebanyakan adalah mata uang saat zaman penjajahan Belanda.
"Kalau dia kolektor beneran, pasti yang dicari mata uang di zaman Belanda, yang tahun terbitnya di bawah 1945," ujarnya.
Sebelum ada pandemi, sebuah Balai Lelang di Jakarta, kata Ahmad rutin mengadakan lelang uang kuno setiap 6 bulan sekali. Di sana tempat berkumpulnya para kolektor-kolektor uang kuno.
Tak jarang dari mereka merogoh hingga ratusan juta rupiah, demi untuk mendapatkan uang kuno yang dilelang tersebut.
"Khusus di Balai Lelang, biasanya uang kuno dilelang 6 bulan sekali. Kolektor pada ngumpul, terjual di sana uang kuno biasanya hingga ratusan juta. Tapi karena lagi pandemi, lelangnya ditiadakan," kata Ahmad membagi kisahnya.
Dari pengalaman menjual uang kunonya itu, paling jauh yang pernah dia kirim adalah ke Papua, bahkan ke luar negeri hingga ke Malaysia dan Singapura.
"Paling jauh itu saya ngirimnya pernah ke Papua. Kalau yang sudah ekspor, saya pernah kirim ke Malaysia dan Singapura," tuturnya.
Ahmad sendiri, hanya menyasar kalangan-kalangan kelas menengah ke bawah, oleh karena itu, uang-uang kuno yang dijual lewat toko online Koleksi Uang Indo hanya mata uang rupiah dengan tahun edar tahun 1990-an.
Ahmad menjual uang rupiah zaman dahulu dengan mematok harga antara rentang Rp 2.000 hingga tertinggi Rp 400.000. Tak main-main keuntungan menjual koleksi uang kunonya itu, Ahmad bisa meraup hingga Rp 40 juta per bulan.
"Kalau keuntungan sebenarnya relatif. Alhamdulillah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bisa dapat lebih Rp 20 juta per bulan. Kadang juga bisa dapat Rp 30 juta sampai Rp 40 juta, gak pasti juga tergantung ketersediaan barang," ujarnya.
Pecahan rupiah yang paling laku di tokonya itu, kata Ahmad yaitu pecahan Rp 500 sampai pecahan Rp 1.000. Seperti diketahui, uang kertas rupiah tahun terbit 1990-an memiliki berbagai macam desain.
Adapun rupiah tahun 1990 yang dijual Ahmad di antaranya yakni uang pecahan Rp 500 bergambar orangutan, kemudian uang Rp 1.000 bergambar lompat batu, uang pecahan Rp 5.000 bergambar sasando.
Selain itu juga, Ahmad menjual rupiah edisi 1990 dengan nominal Rp 10.000 yang terdiri dari dua jenis gambar, yaitu bergambar pahlawan Cut Nyak Dien dan Sri Sultan Hamengku Buwono IX.
Ahmad juga menjual uang pecahan Rp 50.000 yang bergambar pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya, Wage Rudolf Supratman dan bergambar Presiden ke-2 Soeharto.
(mij/mij)