Ada Lebih Ngeri dari Covid, Ilmuwan-Tokoh Agama Turun Tangan!

Tommy Sorongan, CNBC Indonesia
Jumat, 10/09/2021 07:05 WIB
Foto: Sebuah pandangan umum menunjukkan 100.000 kartu pos dengan pesan-pesan menentang perubahan iklim, yang dikirim oleh orang-orang muda dari seluruh dunia dan berkumpul bersama untuk memecahkan Rekor Dunia Guinness dari kartu pos terbesar di Jungfraufirn, bagian atas gletser terpanjang di Eropa, Aletschgletscher, dekat Jungfraujoch, Swiss 16 November 2018. REUTERS / Arnd Wiegmann

Jakarta, CNBC Indonesia - Bak film-film Hollywood, saat umat manusia dan Bumi dalam kondisi terancam, para ilmuwan dan tokoh agama ditampilkan mengambil peran.

Kini dalam dunia yang nyata, nasib umat manusia dan Bumi makin menjadi perhatian belakangan ini, bukan soal pandemi Covid-19 tapi ada yang diyakini lebih mengerikan yaitu perubahan iklim. Perubahan iklim diyakini menjadi ancaman yang lebih mengerikan daripada pandemi, saat ini sudah mulai dirasakan di seluruh dunia dari banjir, kebakaran hutan, kekeringan, badai besar dan lainnya yang mengancam umat manusia.

Kekhawatiran terhadap perubahan iklim bukan lah masalah kemarin sore tapi sudah lama jadi perhatian banyak pihak. Namun, belakangan, kalangan ilmuwan dari penjuru dunia bahkan toko agama mulai turun tangan memperingati ancaman serius dari perubahan iklim yang tak main-main.


Beberapa tokoh umat Kristiani dunia menyerukan kepada masyarakat dunia untuk bersatu dan bersiap menghadapi ancaman perubahan iklim yang diyakini lebih mengerikan dari pandemi Covid-19. Seruan itu disampaikan melalui sebuah deklarasi bersama.


Seperti dikutip dari Guardians, Kamis (9/9) deklarasi yang dimotori pemimpin gereja Katolik Roma, Paus Fransiskus, pemimpin spiritual gereja Ortodoks, Patriark Ekumenis Bartholomew, dan uskup agung Anglikan, Justin Welby itu menyebutkan bahwa masyarakat dunia harus mulai mendengarkan tangisan Bumi dan orang-orang miskin.

"Ini adalah momen kritis. Masa depan anak-anak kita dan masa depan rumah kita bersama bergantung padanya," ujar deklarasi bersama ini.

Para tokoh agama ini meminta agar seluruh masyarakat mulai peduli dengan kondisi dan situasi dunia saat ini dengan lebih bertanggung jawab atas kegiatan yang mereka lakukan. Maka itu, ketiga tokoh Kristiani ini memohon agar masyarakat mau berkorban demi masa depan dunia.

"Dunia sudah menyaksikan konsekuensi dari penolakan kita untuk melindungi dan melestarikan. Sekarang, pada saat ini, kita memiliki kesempatan untuk bertobat, berbalik dalam tekad, menuju ke arah yang berlawanan. Kita harus mengejar kemurahan hati dan keadilan dalam cara kita hidup, bekerja dan menggunakan uang, bukan keuntungan egois."

Pada akhir Juli lalu sebanyak 14 ribu ilmuwan dunia menyebut bahwa Bumi saat ini mendekati titik kritis iklim yang sangat mengkhawatirkan.


Mengutip Al Jazeera, para peneliti itu menandatangani sebuah inisiatif yang menyebut bahwa negara-negara secara konsisten gagal mengatasi eksploitasi berlebihan terhadap Bumi, dimana mereka menggambarkannya sebagai akar penyebab krisis.

"Kami mencatat lonjakan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam bencana terkait iklim, termasuk banjir di Amerika Selatan dan Asia Tenggara, gelombang panas dan kebakaran hutan yang memecahkan rekor di Australia dan AS, dan topan yang menghancurkan di Afrika dan Asia Selatan," tulis pernyataan ilmuwan itu yang diunggah di jurnal BioScience.

Dalam mengemukakan peringatan ini, ilmuwan berkaca pada beberapa fenomena termasuk deforestasi, emisi gas rumah kaca, ketebalan gletser dan luas es laut, serta deforestasi. Dari 31 tanda-tanda alam, mereka menemukan bahwa ada 18 indikator mencapai rekor tertinggi atau terendah.

"Greenland dan Antartika baru-baru ini menunjukkan tingkat massa es terendah sepanjang masa dan gletser mencair 31% lebih cepat daripada 15 tahun yang lalu," kata para penulis.

"Suhu panas permukaan laut global mencatat rekor baru sejak 2019, dan tingkat deforestasi tahunan hutan Amazon Brasil mencapai level tertinggi dalam 12 tahun terakhir pada 2020."


(hoi/hoi)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Menkes Dipanggil Presiden, Lapor Soal Covid-19 & Cek Kesehatan