RI Punya Harta Karun Top 2 Dunia, Konsumsinya Cuma Segini

Wilda Asmarini, CNBC Indonesia
Rabu, 08/09/2021 12:25 WIB
Foto: Laba PT Timah Naik 6% di 2018 (CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia patut bersyukur karena dianugerahi sumber daya alam dan tambang yang beraneka dan luar biasa besarnya. Selain batu bara, nikel yang menjadi andalan RI, tapi ternyata ada komoditas tambang lainnya yang tak kalah besarnya. Bahkan, komoditas ini menduduki peringkat terbesar kedua dunia untuk jumlah cadangan.

"Harta karun" yang dimaksud di sini yaitu timah. Berdasarkan data Peluang Investasi Timah Indonesia 2020, cadangan timah Indonesia merupakan terbesar ke-2 di dunia, yakni 17% dari total cadangan timah dunia, setelah China yang menguasai 23% cadangan timah dunia.

Setelah Indonesia, ada Brazil yang menguasai 15% cadangan timah dunia, lalu Australia 9%, dan Bolivia 8% dari cadangan timah dunia.


"Indonesia memiliki cadangan timah terbesar ke-2 di dunia, artinya Indonesia berperan penting dalam penyediaan bahan baku timah dunia," tulis data "Peluang Investasi Timah 2020" tersebut.

Total cadangan timah dunia pada awal 2020 tercatat sebesar 4,74 juta ton logam timah, di mana Indonesia tercatat sebesar 800 ribu ton logam. Namun kemudian, Kementerian ESDM juga menyebutkan cadangan logam timah RI sebesar 2,23 juta ton dan 2,29 miliar ton untuk bijih timah.

Sementara dari sisi sumber daya, sumber daya timah RI tercatat mencapai sekitar 2,88 juta ton logam dan 10,78 miliar ton bijih timah.

Tak hanya menguasai cadangan terbesar kedua di dunia, Indonesia juga merupakan produsen timah terbesar kedua yakni 22%, setelah China yang mencapai 47% dari produksi dunia.

Berdasarkan data Minerba One Data Indonesia (MODI) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), produksi logam timah pada 2021 ditargetkan sebesar 70 ribu ton dan penjualan sebesar 68 ribu ton.

Per 7 September 2021, hingga Agustus 2021, produksi logam timah tercatat mencapai 21.664 ton atau 30,9% dari target tahun ini dan penjualan sebesar 18.337 ton atau sekitar 26,9% dari target.

Pada 2020 tercatat ada 537 Izin Usaha Pertambangan (IUP) timah, terdiri dari 3 IUP Eksplorasi dan 534 IUP Operasi Produksi.

Berikut tren produksi logam timah sejak 2015:

2015: 70.070 ton.
2016: 62.880 ton.
2017: 78.070 ton.
2018: 82.870 ton.
2019: 76.390 ton.
2020: 54.260 ton.

Lantas, bagaimana dengan konsumsinya? Apakah sebesar dengan produksi dan cadangan yang melimpah?

Tapi sayangnya tidak.

Berdasarkan data "Peluang Investasi Timah 2020", dari produksi logam timah pada 2019, sekitar hampir 90% dari produksi logam timah nasional diekspor atau mencapai sekitar 68 ribu ton logam, sementara sekitar 7.000-an ton logam timah yang digunakan di dalam negeri.

Adapun konsumsi timah di dalam negeri digunakan untuk:

Tin chemical:
- methyl tin stabilizer 3.337 ton
- tin intermediate 2.490 ton
- stannic chloride 181 ton
- tin solder 1.387 ton
Itu semua bisa dijadikan bahan baku untuk pipa timah (tin pipe). Namun sayangnya, belum ada industri hilir untuk produksi pipa timah ini di Indonesia, sehingga bisa menjadi peluang investasi ke depannya.

Tin mill black plate (plat hitam timah):
Tapi sayangnya bahan baku masih diimpor. Padahal, kebutuhan plat timah Indonesia mencapai 160 ribu ton per tahun.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Tambang Kerap Diterpa Isu Lingkungan, Begini Saran DPR