Dihantam Badai PHK, Orang RI Beralih Jadi Pedagang & Petani!

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
30 August 2021 18:25
Hari yang cerah para petani mulai bekerja memetik daun teh di kawasan Pasir Jambu, Bandung, Jawa Barat. Teh merupakan satu dari 15 komoditas utama dan unggulan perkebunan Indonesia.



Jawa Barat merupakan produsen teh terbesar di Indonesia. Sekitar 70% produksi teh nasional berasal dari provinsi ini.


Jawa Barat menjadi lokasi pengembangan perkebunan teh karena daerahnya yang subur, udaranya sejuk, dan topografinya yang bergunung-gunung yang sangat cocok untuk tanaman teh.



Kebun teh dikawasan ini tak hanya dikelola badan usahan namun terdapat juga kebun teh rakyat. Kebun teh rakyat merupakan budidaya yang diusahakan secara mandiri oleh masyarakat tanpa berbentuk badan usaha. 


Setiap pagi para petani sudah sibuk beraktivitas untuk memetik dan dikumpulkan di wadah yang  dipikul sambil menggunting daun-daun teh terbaik di perkebunan tersebut.


Menurut mereka dalam sehari mereka dapat memetik sebanyak 1 kwintal dari perkebunan teh rakyat ini dan dibawa ke pabrik untuk diolah



Disela sela aktivitas memetiknya, para petani tersebut berkumpul untuk beristirahat diselingi canda gurau untuk menghilangkan letihnya.


Produksi teh dalam negeri beberapa tahun terakhir cenderung melandai karena penyusutan areal perkebunan. 

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, produksi daun teh kering dalam negeri bergerak fluktuatif dalam 5 tahun terakhir. Produksi tertinggi daun teh kering sebanyak 154.369 ton yang terjadi pada 2014.

Dalam kurun 18 tahun terakhir, jumlah ekspor teh berkurang lebih dari separuh. Dari 105.581 ton pada 2000 menjadi 49.038 ton pada 2018.



Peringkat Indonesia sebagai negara pengekspor teh turun cukup banyak dari urutan ke-5 di dunia pada 2004 menjadi peringkat ke-12 pada 2018.

(CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: Perkebunan teh di Kawasan Pasir Jambu, Bandung, Jawa Barat (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka tenaga kerja dan produktivitas pada Agustus 2020 terjadi perubahan. Dimana kini banyak orang beralih profesi menjadi pedagang dan petani.

Kepala BPS Margo Yuwono mengungkapkan saat ini Indonesia memiliki bonus demografi penduduk yang harus dimanfaatkan.

"Penduduk yang produktif itu menanggung orang yang tidak produktif itu sangat tinggi. [...] Kalau angka produktif ini menghasilkan ekonomi berlimpah dan diserap tenaga kerja, maka sumber daya manusia menjadi investasi yang panjang," jelas Margo dalam rapat dengan Komisi XI DPR, Senin (30/8/2021).

"Kita punya tenaga kerja yang melimpah saat ini dan kalau angka ketergantungannya rendah, sanggup melakukan investasi. Kalau tidak dimanfaatkan, kita tidak bisa memetik demografi pada tahap kedua," kata Margo melanjutkan.

Sehingga yang menjadi persoalan saat ini, kata Margo adalah tenaga kerja. Karena banyak tenaga kerja di beberapa sektor yang berkurang dan tidak seimbang.

Terlebih berdasarkan data yang BPS dapatkan, adanya pertambahan tenaga kerja di beberapa sektor justru tidak diikuti dengan produktivitasnya. Sebaliknya, beberapa sektor justru mengalami peningkatan produktivitasnya di tengah pengurangan tenaga kerja.

"Artinya orang-orang yang terkena PHK atau tidak bekerja belum tentu beralih lagi ke sektor ekonomi (di tempat mereka semula bekerja), karena produktivitasnya mengalami peningkatan," jelas Margo.

Data BPS mengungkapkan pada Agustus 2020 (year on year) sektor infokom mengalami memiliki tenaga kerja bertambah 12.080 orang, jasa kesehatan dan kegiatan sosial ada tambahan sebanyak 22.810.

Tambahan tenaga kerja terbanyak ada di sektor pertanian dengan pertambahan sebanyak 2.774.080 orang dan pada sektor perdagangan terdapat pertambahan sebanyak 538.760 orang. Namun kedua sektor ini justru produktivitasnya menurun.

"Sektor pertanian dan perdagangan, dengan bertambahnya tenaga kerja, justru produktivitasnya menurun. Artinya beban sektor pertanian dan perdagangan bertambah," jelas Margo.

Tantangan lain terhadap tenaga kerja di tanah air saat ini kata Margo adalah bertambahnya tenaga kerja sektor informal dan penurunan jam kerja pada sektor formal.

BPS mencatat pada Februari 2021 jumlah tenaga kerja informal mencapai 59,62% atau naik 2,98% poin dibandingkan Februari 2020 yang mencapai 56,64%. Sementara pada tenaga kerja formal pada Februari 2021 mencapai 40,38% lebih rendah dibandingkan pekerja formal pada Februari 2020 yang mencapai 43,36%.

Adapun persentase pekerja formal menurut jam kerja pada Februari 2020 dibandingkan Februari 2021 juga menurun. Dimana jam kerja pada Februari 2021 mencapai 64,2% lebih rendah dibanding jam kerja tenaga kerja formal pada Februari 2020 yang mencapai 69,8%.

"Pekerja formal beralih ke informal menjadi tantangan untuk meningkatkan produktivitas di keduanya," jelas Margo.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Berbusana Adat Baduy di Sidang Tahunan MPR RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular