Afghanistan Juga Ada Harta Karun Super Langka, Diincar Asing!

Wilda Asmarini, CNBC Indonesia
25 August 2021 11:13
Rare earth element atau yang juga dikenal dengan sebutan logam tanah jarang (LTJ) . (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Rare earth element atau yang juga dikenal dengan sebutan logam tanah jarang (LTJ) . (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia ternyata memiliki "harta karun" terpendam yang bahkan belum tersentuh sama sekali. Padahal, "harta karun" ini tengah diincar banyak negara karena bisa dijadikan bahan baku peralatan teknologi modern, mulai dari perangkat elektronika, kendaraan listrik, pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) hingga industri pertahanan.

"Harta karun" terpendam ini bernama logam tanah jarang (LTJ) atau Rare Earth Element. Komoditas ini dinamai logam tanah jarang karena didasarkan pada asumsi yang menyatakan bahwa keberadaan logam tanah jarang ini tidak banyak dijumpai. Namun pada kenyataannya, LTJ ini melimpah, melebihi unsur lain dalam kerak bumi.

Mengutip buku "Potensi Logam Tanah Jarang di Indonesia" yang diterbitkan Badan Geologi Kementerian ESDM 2019, logam tanah jarang (LTJ) merupakan salah satu dari mineral strategis dan termasuk "critical mineral" yang terdiri dari kumpulan dari unsur-unsur scandium (Sc), lanthanum (La), cerium (Ce), praseodymium (Pr), neodymium (Nd), promethium (Pm), samarium (Sm), europium (Eu), gadolinium (Gd), terbium (Tb), dysprosium (Dy), holmium (Ho), erbium (Er), thulium (Tm), ytterbium (Yb), lutetium (Lu) dan yttrium (Y).

Keterdapatan LTJ umumnya dijumpai dalam sebaran dengan jumlah yang tidak besar dan menyebar secara terbatas. Seperti halnya thulium (Tm) dan lutetium (Lu), kedua unsur ini merupakan dua unsur yang terkecil kelimpahannya di dalam kerak bumi tetapi 200 kali lebih banyak dibandingkan kelimpahan emas (Au).

Meskipun demikian, unsur-unsur tersebut sangat sukar untuk ditambang karena konsentrasinya tidak cukup tinggi untuk ditambang secara ekonomis. Ketujuh belas unsur logam ini mempunyai banyak kemiripan sifat dan sering ditemukan bersama-sama dalam satu endapan secara geologi.

Sejumlah mineral yang mengandung LTJ seperti monasit, zirkon, dan xenotim, merupakan mineral ikutan dari mineral utama seperti timah, emas, bauksit, dan laterit nikel.

Tidak hanya itu, ternyata logam tanah jarang juga berpotensi terdapat pada batu bara.

Komoditas ini memang belum diproduksi di Indonesia, namun Indonesia juga memiliki sumber "harta karun" terpendam ini.

Indonesia memang belum memiliki data utuh terkait total sumber daya logam tanah jarang ini karena masih minimnya penelitian terkait LTJ di Tanah Air. Namun berdasarkan buku "Potensi Logam Tanah Jarang di Indonesia" oleh Pusat Sumber Daya Mineral, Batu Bara dan Panas Bumi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada 2019, sumber daya logam tanah jarang yang berhasil diteliti di beberapa wilayah tercatat mencapai 72.579 ton, berasal dari endapan plaser dan endapan lateritik.

Endapan plaser ini banyak dijumpai pada lokasi kaya sumber daya timah seperti di Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung, dan selatan Kalimantan Barat.

Logam Tanah JarangFoto: Logam Tanah Jarang
Logam Tanah Jarang

Pusat Sumber Daya Geologi-Badan Geologi pada 2014 melakukan kajian untuk mengetahui potensi sumber daya LTJ dalam endapan tailing di wilayah Pulau Bangka dengan menggunakan metoda interpretasi remote sensing. Hasil kajian menunjukkan tebal endapan tailing 4 m s.d. 6 m, luas total endapan tailing 500.000 ha, sehingga diperoleh volume 5.500.000.000 m3. Dengan kadar total LTJ 9,5 gr/m3, maka tonase LTJ mencapai 52.387.500.000 gr atau 52.000 ton.

Sementara untuk endapan lateritik terdapat di beberapa wilayah seperti Parmonangan, Tapanuli, Sumatera Utara, Ketapang, Kalimantan Barat, Taan, Sulawesi Barat, dan Banggai, Sulawesi Tengah.

Adapun sumber daya LTJ dari endapan lateritik yang diteliti dari beberapa wilayah tersebut mengandung 20.579 ton.

Logam tanah jarang juga berpotensi terdapat pada batu bara. Tapi sayangnya, LTJ pada batu bara Indonesia masih sangat terbatas.

Tak hanya di Indonesia, Afghanistan ternyata juga memiliki "harta karun" terpendam ini. Mengutip Reuters, Senin (23/08/2021), laporan Kementerian Pertambangan pada 2019 mengatakan bahwa Afghanistan memiliki 1,4 juta ton mineral tanah jarang, sekelompok 17 elemen-elemen mineral yang dihargai karena aplikasinya pada perangkat elektronik, kendaraan listrik hingga peralatan militer.

Afghanistan juga disebut memiliki lithium. Bahkan, pada 2010 Departemen Pertahanan AS mengeluarkan memo yang menggambarkan Afghanistan sebagai "the Saudi Arabia of Lithium" yang berarti itu bisa sama pentingnya untuk pasokan global logam baterai seperti negara Timur Tengah untuk minyak mentah.

Perbandingan itu dibuat pada saat lithium sudah banyak digunakan dalam baterai untuk perangkat elektronik, tetapi sebelum gencarnya isu lithium yang bisa digunakan untuk baterai kendaraan listrik (EV) dan transisi rendah karbon dunia.

Laporan dari Survei Geologi AS pada 2017/2018 mencatat bahwa Afghanistan memiliki deposit spodumene, mineral yang mengandung lithium, tetapi tidak memberikan perkiraan secara tonase, sementara laporan Afghanistan 2019 tidak menyebutkan lithium sama sekali.

Adapun total kekayaan sumber daya tambang di Afghanistan diperkirakan setidaknya mencapai US$ 3 triliun atau sekitar Rp 43.500 triliun (asumsi kurs Rp 14.500 per US$).

Jumlah tersebut pernah dikatakan mantan Menteri Pertambangan Afghanistan, melansir dari Reuters, dikutip Senin (23/08/2021). Perkiraan itu dibuat menjelang akhir siklus super komoditas terakhir pada 2010 lalu dan bisa bernilai lebih besar di masa sekarang, setelah pemulihan ekonomi global dari guncangan virus corona yang membuat lonjakan harga sejumlah komoditas, dari tembaga hingga lithium tahun ini.

Adapun sejumlah sumber daya utama Afghanistan tersebut antara lain tembaga, emas, minyak, gas alam, uranium, bauksit, batu bara, bijih besi, logam tanah jarang, lithium, kromium, timah, seng, batu permata, bedak, belerang, travertin, gipsum, hingga marmer.

Dengan besarnya sumber daya tambang Afghanistan, tak ayal bila negara ini kerap "diincar" banyak negara. Namun seperti kata Jusuf Kalla, Mantan Wakil Presiden RI, Afghanistan merupakan negara hebat dan kuat karena berhasil mengusir setiap penjajah yang berniat menguasai negara itu.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Penampakan Harta Karun Super Langka RI, Jadi Rebutan Asing!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular