RI Punya Harta Karun Seperti di Afghanistan, Diincar Asing!

Wilda Asmarini, CNBC Indonesia
24 August 2021 13:10
nikel
Foto: REUTERS/Yusuf Ahmad

Jakarta, CNBC Indonesia - Kerap menjadi "jajahan" beberapa negara adidaya, Afghanistan ternyata memiliki "harta karun" terpendam. Bahkan, jumlah "harta karun" ini dikabarkan setidaknya mencapai US$ 3 triliun atau sekitar Rp 43.500 triliun (asumsi kurs Rp 14.500 per US$).

Jumlah tersebut pernah dikatakan mantan Menteri Pertambangan Afghanistan, melansir dari Reuters, dikutip Senin (23/08/2021). Perkiraan itu dibuat menjelang akhir siklus super komoditas terakhir pada 2010 lalu dan bisa bernilai lebih besar di masa sekarang, setelah pemulihan ekonomi global dari guncangan virus corona yang membuat lonjakan harga sejumlah komoditas, dari tembaga hingga lithium tahun ini.

Adapun sejumlah sumber daya utama Afghanistan tersebut antara lain tembaga, emas, minyak, gas alam, uranium, bauksit, batu bara, bijih besi, logam tanah jarang, lithium, kromium, timah, seng, batu permata, bedak, belerang, travertin, gipsum, hingga marmer.

Dengan besarnya sumber daya tambang Afghanistan, tak ayal bila negara ini kerap "diincar" banyak negara. Namun seperti kata Jusuf Kalla, Mantan Wakil Presiden RI, Afghanistan merupakan negara hebat dan kuat karena berhasil mengusir setiap penjajah yang berniat menguasai negara itu.

Tidak cuma Afghanistan, ternyata Indonesia juga memiliki "harta karun" tambang tersebut.

Mengutip data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), berikut sejumlah komoditas primadona Indonesia yang juga bisa menjadi ancaman dunia:

1. Nikel

Dalam booklet bertajuk "Peluang Investasi Nikel Indonesia" 2020, Indonesia disebut memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, tepatnya sebesar 72 juta ton Ni (nikel). Jumlah ini merupakan 52% dari total cadangan nikel dunia yang mencapai 139.419.000 ton Ni.

Data tersebut merupakan hasil olahan data dari USGS Januari 2020 dan Badan Geologi 2019.

Selain pemilik harta karun nikel terbesar di dunia, Indonesia juga merupakan produsen nikel terbesar di dunia. Pada 2019, Indonesia memproduksi 800 ribu ton Ni atau setara 30% dari produksi nikel dunia 2.668.000 ton Ni.


2. Tembaga

Berdasarkan data Badan Geologi, status per Juli 2020, Indonesia memiliki sumber daya tembaga sebesar 14,83 miliar ton dan cadangan 2,63 miliar ton.


3. Emas

RI menduduki peringkat kelima sebagai negara dengan cadangan emas terbesar di dunia.

Berdasarkan data Booklet Emas yang dirilis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) 2020, mengolah data USGS 2020, jumlah cadangan emas RI tercatat sebesar 2.600 ton Au (emas).

Harta karun emas RI dilaporkan mencapai 5% dari total cadangan emas dunia. Sampai dengan tahun 2019, total cadangan emas dunia mencapai 50.300 ton Au.

Berdasarkan data Kementerian ESDM 2020, Indonesia memiliki sumber daya bijih emas mencapai 14,96 miliar ton, sumber daya logam emas 0,01 juta ton, cadangan bijih emas 3,56 miliar ton, dan cadangan logam emas 0,005 juta ton.

"Jumlah cadangan bijih emas Indonesia terbesar di Papua, yakni 52%," tulis Booklet Emas 2020 Kementerian ESDM tersebut.

4. Batu Bara

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat sumber daya dan cadangan batu bara RI masih cukup untuk 65 tahun ke depan.

Adapun sumber daya dan cadangan batu bara terbesar ada di Kalimantan dan Sumatera.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara (Ditjen Minerba) Kementerian ESDM 2021, total sumber daya batu bara RI mencapai 143,7 miliar ton dan cadangan sebesar 38,84 miliar ton. Kalimantan menyumbang sumber daya sebesar 88,31 miliar ton dan cadangan sebesar 25,84 miliar ton. Ini artinya, Kalimantan menyumbang 62,11% dari "harta karun" batu bara nasional.

Kemudian, sumber daya batu bara di Sumatera 55,08 miliar ton dan cadangan mencapai 12,96 miliar ton. Sumetera menyumbang 37,70% dari potensi batu bara nasional.


5. Logam Tanah Jarang

Afghanistan juga terkenal dengan negara kaya akan lithium. Bahkan, pada 2010 Departemen Pertahanan AS mengeluarkan memo yang menggambarkan Afghanistan sebagai "the Saudi Arabia of Lithium" yang berarti itu bisa sama pentingnya untuk pasokan global logam baterai seperti negara Timur Tengah untuk minyak mentah. 

Kementerian Pertambangan Afghanistan pada 2019 mengatakan bahwa Afghanistan memiliki 1,4 juta ton mineral tanah jarang, sekelompok 17 elemen-elemen mineral yang dihargai karena aplikasinya pada perangkat elektronik, kendaraan listrik hingga peralatan militer.

Ternyata Indonesia juga memiliki potensi logam tanah jarang (LTJ).

Komoditas ini memang belum diproduksi di Indonesia, namun Indonesia juga memiliki sumber "harta karun" terpendam ini.

Indonesia memang belum memiliki data utuh terkait total sumber daya logam tanah jarang ini karena masih minimnya penelitian terkait LTJ di Tanah Air. Namun berdasarkan buku "Potensi Logam Tanah Jarang di Indonesia" oleh Pusat Sumber Daya Mineral, Batu Bara dan Panas Bumi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada 2019, sumber daya logam tanah jarang yang berhasil diteliti di beberapa wilayah tercatat mencapai 72.579 ton, berasal dari endapan plaser dan endapan lateritik.

Endapan plaser ini banyak dijumpai pada lokasi kaya sumber daya timah seperti di Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung, dan selatan Kalimantan Barat.

Pusat Sumber Daya Geologi-Badan Geologi pada 2014 melakukan kajian untuk mengetahui potensi sumber daya LTJ dalam endapan tailing di wilayah Pulau Bangka dengan menggunakan metoda interpretasi remote sensing. Hasil kajian menunjukkan tebal endapan tailing 4 m s.d. 6 m, luas total endapan tailing 500.000 ha, sehingga diperoleh volume 5.500.000.000 m3. Dengan kadar total LTJ 9,5 gr/m3, maka tonase LTJ mencapai 52.387.500.000 gr atau 52.000 ton.

Sementara untuk endapan lateritik terdapat di beberapa wilayah seperti Parmonangan, Tapanuli, Sumatera Utara, Ketapang, Kalimantan Barat, Taan, Sulawesi Barat, dan Banggai, Sulawesi Tengah.

Adapun sumber daya LTJ dari endapan lateritik yang diteliti dari beberapa wilayah tersebut mengandung 20.579 ton.

Logam Tanah JarangFoto: Logam Tanah Jarang
Logam Tanah Jarang


6. Migas

Meski untuk cadangan migas konvensional RI semakin menipis, di mana cadangan minyak bumi diperkirakan hanya cukup untuk 9,5 tahun ke depan dan gas bumi untuk sekitar 20 tahun ke depan, namun Indonesia memiliki harta karun migas non konvensional.

Menteri ESDM Arifin Tasrif pernah menyebut bahwa Indonesia memiliki "harta karun" migas non konvensional bernama metan hidrat atau gas hidrat. Gas hidrat ini bisa dikatakan belum tersentuh sama sekali.

Tapi, bila ini bisa diproduksi, maka tak tanggung-tanggung, ini bisa diproduksi untuk 800 tahun lamanya.

Guru Besar Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan ITB Doddy Abdassah mengatakan, metan hidrat adalah gas hidrat berbentuk kristal es di mana molekul air membentuk struktur seperti kurungan atauclathrate, sehingga memiliki rongga yang dapat terisi oleh molekul gas.

Pada 2004 Indonesia berhasil menemukan sumber daya metan hidrat sebesar 850 triliun kaki kubik (TCF). Berada di dua lokasi utama yaitu perairan Selatan Sumatera sampai ke arah Barat Laut Jawa (625 TCF) dan di Selat Makassar Sulawesi (233,2 TCF).

Berdasarkan data Balitbang ESDM, PT Pertamina (Persero) bahkan memperkirakan potensi gas hidrat di Indonesia mencapai 3.000 TCF. Namun, besaran nilai ini masih sering diperdebatkan karena belum ada penelitian komprehensif terkait gas hidrat di Indonesia.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Punya Harta Karun Super Langka, RI Jadi Pesaing Utama China!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular