PR Besar Hulu Migas RI: Raup Pinjaman Perbankan Nasional
Jakarta, CNBC Indonesia - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyebut pekerjaan rumah bersama antara sektor migas dan perbankan nasional saat ini yaitu soal pembiayaan, yakni bagaimana caranya agar sektor hulu migas menjadi target utama pembiayaan perbankan nasional.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto. Dia mengatakan, potensi hulu migas ke depan masih besar, termasuk konsumsinya yang masih akan terus meningkat.
"PR besar bersama adalah industri hulu migas menjadi sektor pembiayaan perbankan nasional. Dalam konteks upaya membangun kemandirian bangsa, potensi ini harus dapat disinergikan," paparnya dalam sebuah webinar, Kamis (19/08/2021).
Investasi di sektor hulu minyak dan gas bumi (migas) RI tahun ini ditargetkan mencapai US$ 12,3 miliar atau sekitar Rp 177 triliun (asumsi kurs Rp 14.400 per US$).
Jumlah itu menurutnya bahkan jauh lebih kecil dibandingkan kemampuan pembiayaan dari perbankan nasional. Penyaluran kredit perbankan nasional pada 2020 mencapai Rp 5.482 triliun. Artinya, investasi migas RI hanya 3% dari kemampuan pembiayaan nasional.
Oleh karena itu, menurutnya sesungguhnya potensi perbankan nasional untuk dapat membiayai investasi hulu migas ini sangat besar.
"Kebutuhan investasi hulu migas dengan kisaran US$ 12 miliar atau sekitar 3% dari kemampuan pembiayaan perbankan nasional tersebut, investasi ini lebih kecil dibandingkan kemampuan perbankan nasional," paparnya.
Dwi mengatakan, sektor energi termasuk di dalamnya migas, merupakan salah satu kebutuhan dasar yang harus ada di dalam pembangunan ekonomi, serta penyediaan kebutuhan dasar rakyat.
"Krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19 menunjukkan bahwa sektor hulu migas tetap eksis, meskipun tetap terdampak," tuturnya.
Akan tetapi, imbuhnya, dibandingkan dengan sektor lain, secara nilai bisnis di sektor hulu migas tetap memberikan tingkat pengembalian modal (return) yang baik.
"Dan tidak menjadi ancaman bagi perbankan dalam bentuk kredit macet," lanjutnya.
Konsumsi migas nasional sampai dengan tahun 2050 diproyeksikan masih akan terus meningkat secara volume meski secara persentase akan turun. Konsumsi migas secara persentase pada 2020 sebesar 63% dan akan menurun pada 2050 menjadi 44%.
Namun dari sisi volume, konsumsi minyak pada 2050 diperkirakan akan meningkat sebesar 139%, dari saat ini konsumsi sekitar 1,66 juta barel per hari (bph) menjadi 3,97 juta bph pada 2050.
Sementara untuk konsumsi gas diperkirakan akan meningkat lebih besar lagi. Konsumsi gas saat ini sekitar 6.000 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD), lalu diperkirakan akan meningkat menjadi 26.112 MMSCFD pada 2050 atau meningkat sebesar 298%.
(wia)