Sedih! RI Peringkat 10 Dalam Kasus Kematian Covid di Dunia

dob, CNBC Indonesia
15 August 2021 16:02
Suasana kremasi jenazah terinfeksi Covid-19 di krematorium TPU Tegal Alur, Jakarta, Kamis (5/8/2021). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Suasana kremasi jenazah terinfeksi Covid-19 di krematorium TPU Tegal Alur, Jakarta, Kamis (5/8/2021). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia- Gelombang kasus kematian Covid-19 yang terus melanda Indonesia dalam sebulan terakhir membuat peringkat kematian Indonesia meningkat di antara seluruh negara dunia.

Berdasarkan data Worldometer yang dikutip Minggu (15/8/2021), Indonesia berada di urutan 10 dari negara seluruh dunia dalam kematian akibat Covid-19. Total kasus kematian di tanah air hingga kemarin mencapai 116.366 orang.

Indonesia melampaui Prancis yang berada di urutan ke 11, dengan 112.612 kasus kematian dan Argentina dengan 108.936 kasus kematian.

Di atas Indonesia, ada Colombia sdengan 123.356 kasus kematian dan italia dengan 128.413 kasus kematian.

Rasio kasus kematian terhadap total kasus di Indonesia mencapai 3,03%. Artinya dari seluruh kasus Covid-19 yang terjadi, sebanyak 3,03% harus menemui ajal.

Sementara itu, rasio kematian rata-rata dunia berada di 2,2%. Artinya lebih banyak kasus kematian terjadi di Indonesia, dibandingkan rata-rata dunia.

Sebagai catatan, sejak 16 Juli 2021, kasus kematian akibat Covid-19 di Indonesia selalu di atas 1.000 kasus per hari. Bahkan tercatat ada dua kali kasus kematian menembus 2.000 kasus per hari. Rekor kasus kematian di RI adalah 2.069 pasien meninggal dalam sehari.

Adapun provinsi dengan kasus kematian terbanyak jawa Tengah dengan 25.072 orang, lalu Jawa Timur dengan 24.893 orang. Adapun DKI Jakarta berada di urutan ketiga dengan 13.033 kasus.

Sebelumnya, Ketua Bidang Data Dan Teknologi Informasi Satgas Penanganan Covid-19, Dr. Dewi Nur Aisyah buka suara terkait data kematian yang tidak tepat waktu.
"Tantangan terkait data kesehatan masih dalam proses di Kemenkes. Ada beberapa sinkronisasi ditemukan beberapa diantaranya kasus by individual. Sebelumnya, belum pernah dilaporkan. Mungkin meninggal 2 bulan yang lalu, tapi baru masuk sistem sehingga kesannya (kematian) tinggi padahal meninggalnya sudah dari beberapa pekan lalu," katanya saat wawancara "Covid-19 dalam angka" di Jakarta, Kamis (12/8/2021).

Dia tak menampik menyoal data ini masih terus dalam proses perbaikan di Kemenkes sehingga bagaimana pencatatan data yang dilakukan real time. Menurutnya, verifikasi otomatis juga sudah dilakukan, di mana saat sinkronisasi ditemukan gap-gap terkait data ini.

"Sepertinya ada improvement yang dilakukan. Tak hanya meninggal, sembuh juga. Jadi, kita memang melihat kasus aktif berpengaruh. Jumlah total kasus dikurang sembuh dan meninggal. Ditemukan kasus aktif jauh lebih kecil dibanding angka. Karena kesembuhan belum ter-update," jelasnya.

Baca: Wah! Vaksin Covid Semprot Hidung Mulai Diuji ke Manusia
Bahkan dia mengaku pernah ditemukan satu kasus yang setelah dilakukan pengecekan selama 3 bulan belum beralih ke status sembuh. Yang mana, hal ini sangat tidak mungkin terjadi.

"Ternyata belum update. Ada juga daerah kepatuhan pengisian belum baik. Input kasus iya, tapi tidak update kesembuhan dan kematian," katanya.

Kasus di daerah ini memang berbeda dengan kota besar. Diketahui, banyak wilayah terpencil Indonesia yang masih sulit mendapatkan akses internet untuk pembaharuan data ini.

"Satu challenge, masih banyak yang tak bisa kirim laporan karena akses internet. Memang seperti di pedalaman butuh 6 jam untuk ke internet. Tidak bisa disamakan," ujarnya.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Data Baru Sebut China Sudah Kaji Covid Sebelum Pandemi Meledak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular