Anies Bawa Kabar Tempat Tidur di RS DKI Mulai Banyak Kosong
Jakarta, CNBC Indonesia - Wilayah Jakarta mencatatkan penurunan kasus aktif hingga kematian akibat Covid-19 cukup signifikan dalam beberapa pekan. Adanya penurunan laju penularan ini membuat beban fasilitas kesehatan di DKI Jakarta menjadi berkurang.
"Saat ini keterisian tempat tidur isolasi di Rumah Sakit adalah 33%, dan ICU 59%. Ini jauh lebih rendah dari rekomendasi ambang batas maksimal oleh WHO yaitu 60%," kata Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, Sabtu (14/8/2021).
Anies menjelaskan saat DKI Jakarta masuk ke puncak gelombang 2 pandemi, kapasitas fasilitas kesehatan untuk perawatan warga dengan Covid-19 didorong sangat tinggi. Misalnya menambah rumah sakit menjadi 140 rumah sakit, dan tempat tidur dari 6.000 menjadi 11.000 tempat tidur.
Saat awal gelombang II, Anies menjelaskan adalah waktu berkejaran dengan jumlah kasus baru. Menurutnya penting untuk menahan kasus baru dan aktif sebab kapasitas kesehatan ada batasnya.
"Bila batas terlewat maka fasilitas kesehatan collapse, jumlah yang harus dirawat lebih banyak dari pada jumlah tempat tidur dan kamar untuk perawatan. Kini Alhamdulillah beban fasilitas kesehatan sudah turun dan kapasitas perawatan Covid-19 kembali diturunkan," jelas Anies.
Penurunan ini berdampak bagi kapasitas pelayanan kesehatan untuk kasus non-covid. Anies mengatakan kamar yang sebelumnya Digunakan untuk perawatan Covid diubah untuk non-covid.
Dengan kapasitas untuk Covid-19 dipertahankan dititik tertinggi, maka ketersian rumah sakit di DKI Jakarta bisa jauh lebih rendah dari 33% dan 59% yang dicatatkan saat ini.
Anies juga menambahkan dengan beban fasilitas kesehatan dapat mencegah kasus kematian masyarakat yang lebih banyak.
"Penurunan beban fasilitas kesehatan ini ikut mencegah kematian warga lebih banyak. Angka kematian ikut turun," kata Anies.
Dalam kesempatan yang sama, Anies juga menjelaskan soal testing yang dilakukan di DKI Jakarta. Dia mengatakan wilayah itu secara konsisten mendorong kenaikan testing berkali lipat di atas standard WHO yaitu 1 orang per 1000 penduduk per minggu.
"Saat puncak gelombang dua jumlah tes di Jakarta bahkan mencapai 24 kali di atas standard WHO. Ini saat pandemi mulai turun kebutuhan tes kita juga ikut turun. Jumlah tes di Jakarta masih belasan kali lipat di atas standard WHO," kata dia.
Anies menyebutkan dalam satu minggu terakhir, testing dilakukan lebih dari 11 orang/1000 penduduk per minggu. "Jauh melebihi batasan minimal yang disyaratkan instruksi mendagri," ujar Anies.
(hoi/hoi)