Internasional

'Tsunami' Guncang Myanmar, Covid Meledak hingga Kelaparan

sef, CNBC Indonesia
Sabtu, 07/08/2021 11:12 WIB
Foto: AP/

Jakarta, CNBC Indonesia - Myanmar kini bagai diserang dua 'tsunami'. Negeri itu tak hanya harus berjibaku dengan kenaikan kasus Covid-19 yang signifikan tapi juga kelaparan warga.

Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mengatakan krisis kelaparan di Myanmar diprediksi akan meningkat hingga 6,2 juta orang kelaparan pada Oktober 2021. Kini PBB mengatakan membutuhkan dana untuk memberi makan masyarakat di Myanmar.


Program Pangan Dunia (WFP) PBB mengatakan kekurangan 70% dari US$ 86 juta atau Rp 1,2 triliun (asumsi Rp 14.300/US$), yang dibutuhkan selama enam bulan ke depan. Myanmar disebut mengalami banyak krisis, bukan hanya Covbid-19 dan kelaparan saja, tapi  kenaikan harga makanan dan bahan bakar, kerusuhan politik, hingga kekerasan dan pengungsian.

"Kami telah melihat kelaparan menyebar lebih jauh dan lebih dalam di Myanmar," kata direktur negara WFP Myanmar Stephen Anderson, dikutip dari AFP, dikutip Sabtu (7/8/2021).

"Hampir 90% rumah tangga yang tinggal di permukiman kumuh di sekitar Yangon mengatakan mereka harus meminjam uang untuk membeli makanan, pendapatan sangat terpengaruh bagi banyak orang."

WFP meluncurkan respons pangan perkotaan pada Mei, menargetkan dua juta orang di Yangon dan Mandalay, dua kota terbesar Myanmar. Sejauh tahun ini, 1,25 juta orang di Myanmar telah menerima bantuan makanan, uang tunai, dan nutrisi dari WFP.

Berbicara kepada wartawan di Jenewa melalui tautan video dari ibu kota Naypyidaw, Anderson mengatakan gelombang ketiga Covid-19 yang melanda negara itu "hampir seperti tsunami". Ini menciptakan "malapetaka besar" dan berdampak parah pada kehidupan masyarakat.

"Rakyat Myanmar menghadapi momen tersulit dalam ingatan hidup mereka. Sangat penting bagi kami untuk dapat mengakses semua yang membutuhkan dan menerima dana untuk memberi mereka bantuan kemanusiaan," katanya.

Kini Myanmar masih berada dalam kekacauan serta kelumpuhan ekonomi sejak militer merebut kekuasaan dari pemimpin sipil Aung San Suu Kyi pada 1 Februari 2021. Negara ini telah mengalami protes massal dan tanggapan militer yang brutal sejak terjadinya kudeta.

Sementara itu, mengutip Wordometers, Myanmar saat ini mengalami tren kenaikan kasus Covid-19 yang signifikan. Di negara yang berpenduduk 54 juta itu, jumlah kasus masih menyentuh di atas level 4 ribu.

Dari sisi kematian, Myanmar juga merupakan negara dengan angka kematian akibat Covid-19 yang cukup tinggi. Negeri Seribu Pagoda itu menempati angka kematian peringkat ketiga di Asia Tenggara setelah Indonesia dan Filipina dengan 10.988 kasus sejak pandemi melanda.

Situasi ini memaksa pemerintahan junta militer Myanmar meminta bantuan internasional. Mereka mengaku kewalahan dalam menangani pandemi Covid-19 yang melanda negara itu.


(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Garuda Muda Putri Juara Ke-3 di Piala AFF U-19 Putri 2025