Kabar Baik! Investasi Luar Jawa Mulai Mendominasi
Jakarta, CNBC Indonesia - Pertumbuhan Investasi di luar Jawa semakin meningkat pada Q2-2021 yang tentu jadi kabar baik. Saat bersamaan pertumbuhan ekonomi Indonesia bulan April, Mei, Juni ini yang meroket mencapai 7,07%.
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi Indonesia mencapai 7,54% pada Q2, menurut Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, pertumbuhan ekonomi di luar Jawa lebih besar dibandingkan dengan Pulau jawa.
"Target investasi kita di BKPM itu Rp 900 triliun, realisasi di Q2 mencapai Rp 223 triliun, dimana kontribusi luar jawa itu 51%, sementara Jawa 49%," katanya dalam siaran pers Sekretariat Presiden, Jumat (6/8).
Namun menurut Ekonom Senior Faisal Basri pertumbuhan ekonomi paling cepat saat ini masih berasal dari Pulau Jawa. Dari catatan kecepatan pemulihan ekonomi di Jawa mencapai 14,6%, Sulawesi 11,3%, Kalimantan 10,6%, Bali Nusa Tenggara 10%, Sumatera 8%, Maluku 6,4%.
"Paling dominan recovery ekonomi itu di Jawa, walaupun juga paling cepat anjlok juga. ... kenapa Jawa bisa bangkit karena pemerintah melonggarkan PPKM, Q2 kita longgarkan ekonomi meroket, nah itu harga yang harus dibayar pada Q3, kemungkinan pertumbuhannya turun lagi," jelasnya.
Sementara soal investasi, Faisal Basri mengatakan Indonesia masih dalam top 20 negara yang mendapat investasi paling besar. Pada 2019 menurutnya Indonesia berada pada peringkat ke-19 penerima investasi langsung, lalu naik pada peringkat ke-17 pada 2020.
Bahlil juga bicara mengenai program hilirisasi bersinggungan dengan masuknya investasi. salah satu contohnya adalah pengembangan baterai mobil listrik. Pemerintah harus optimistis membuat investasi yang masuk itu mendapatkan nilai tambah yang lebih.
"Gimana kita membangun hilirisasi nikel di hulu menjadi pemain baterai cell, prosesnya butuh kolaborasi, sehingga bisa menciptakan lapangan kerja yang cepat," jelasnya.
Dari catatan di 2020, jumlah tenaga kerja langsung yang sudah terserap sudah mencapai 1,1 juta, jika ditambah tenaga kerja tidak langsung naik 3 - 5 kali lipat. Sementara di 2021 target penyerapan tenaga kerja bisa mencapai 1,2-1,3 juta orang.
(hoi/hoi)