Apa Kabar BUMN Holding Pangan? Ini Penjelasan Bos RNI

Rahajeng KH, CNBC Indonesia
Kamis, 05/08/2021 13:40 WIB
Foto: Dirut RNI Arief Prasetyo Adi di Acara Food and Agriculture Summit 2021 CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah membentuk Panitia Antar Kementerian untuk melakukan percepatan pembentukan Holding BUMN Pangan. Holding ini nantinya akan dipimpin oleh PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau RNI dan beranggotakan BUMN di sektor yang sama.

Direktur Utama RNI Arief Prasetyo Adi mengatakan saat ini proses pembentukan tengah berlangsung, nantinya ada 8 BUMN yang terlibat dalam holding pangan ini dan rencananya terbentuk pada September 2021. Dengan adanya Holding BUMN Pangan bisa berperan dalam menjamin ketersediaan, kualitas yang terjaga, hingga keterjangkauan harga.

"Yang penting nantinya inklusif dan kesejahteraan di sisi hulu atau petani. Kalau itu sudah tercapai maka akan ditingkatkan market sharenya, cita-cita kami harus naik kelas dan go global. Kami juga sudah menyiapkan road map untuk peningkatan market share untuk BUMN industri pangan, misalnya untuk gula sekarang RNI 12-13% tapi jika digabung dengan PTPN mencapai 45%," kata Arief dalam Food and Agriculture Summit 2021, Kamis (5/8/2021).


Dia mengatakan peran BUMN Pangan ini akan bersifat end to end, artinya mulai dari hulu di pertanian, logistik, proses produksi, pengemasan, distribusi, pergudangan, hingga ritel. Pihaknya pun menyusun skema penyaluran di sisi ritel baik online dan offline yang akan menjadi satu kesatuan.

"Saya mau menegaskan tidak semua kegiatan yang kami kerjakan jelek dan tidak berhasil. Misalnya soal beras, toh sekarang kita tidak impor, artinya pertanian dalam hal ini berhasil. Tinggal bagaimana mengelola ketersediaannya, keberhasilan lagi misalnya kelebihan final stok dari ayam misalnya," ujarnya.

Nantinya Holding Pangan juga bisa berperan mengatur keseimbangan, karena selama ini selalu ada keluhan jika ada kelebihan atau kekurangan pasokan.

"Kemendag dan Kementan ini berbeda, jika produksi kurang maka dikatakan tidak produktif. Kalau kelebihan dan harga jatuh Kemendag juga nanti harus ada pengaturannya. Yang penting bagaimana hulu dan hilir terlihat bahwa sinergi ada dan bisa dikontrol," tambah Arief.

Dia mengatakan kolaborasi segmen pangan diperlukan, dan seharusnya produksi dibuat mengikuti pasar sehingga bisa terserap dengan baik. Untuk beras misalnya, produksi bisa disesuaikan dengan selera dan kebutuhan pasar, spesifikasi ditentukan oleh Kementan, dan HET ditentukan oleh Kemendag.

"Kalau sudah kolaborasi semuanya custom bisa kita buat, sehingga produksi sesuai permintaan jadi end to end pun bisa didapatkan," ujarnya.


(rah/rah)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Industri Genset Terimbas Efisiensi, Pelaku Usaha Berharap Ini