Sebulan PPKM Ketat: Covid Tak Selesai, Ekonomi Jelas Turun!
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah perlu mengevaluasi keras kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Darurat hingga pembagian level. Sebab sebulan berjalan, kasus covid-19 tidak turun signifikan sementara ekonomi mulai turun.
Mengingat target pemerintah, kebijakan tersebut disusun demi menurunkan mobilitas masyarakat dan kasus positif covid bisa didorong ke bawah 10 ribu per hari.
"Pada 3 Juli 2021 ada 27.913 kasus baru, hari ini 1 Agustus angkanya naik menjadi 30.738. Harus diingat bahwa pernah ada target agar sesudah PPKM angka dapat turun di bawah 10 ribu per hari, jadi masih jauh nampaknya," kata Eks Direktur WHO Asia Tenggara Tjandra Yoga Aditama dalam keterangan tertulisnya, Senin (2/8/2021)
Angka kepositifan pada saat ini totalnya adalah 27,3% dan kalau berdasarkan PCR/TCM adalah 52,8%. Tjandra mengungkapkan, situasi dianggap terkendali mengacu pada WHO apabila bisa di bawah 5%. "Sedangkan angka Indonesia masih lima kali lebih besar dari patokan aman 5% itu," jelasnya.
Data juga menunjukkan peningkatan jumlah pasien covid yang meninggal dunia. Dari 491 orang pada 3 Juli, kini menjadi 1.604 orang. Bahkan sempat menyentuh lebih dari 2.000 orang meninggal dalam sehari.
Meskipun tidak bisa diabaikan, ada peningkatan signifikan dari vaksinasi sehingga menjadi indikator tingginya kasus sembuh di dalam negeri.
"Ribuan kerabat kita yang meninggal setiap hari ini tidak akan mungkin kembali lagi, mereka sudah meninggalkan kita selama ini. Jumlah kematian harus ditekan, dan ini harus jadi prioritas utama," terang Tjandra.
Catatan lain yang patut menjadi perhatian adalah masih rendahnya testing. Padahal hal itu penting untuk mengetahui penyebaran kasus. Pada 1 Agustus ada 112.700 orang yang dites per hari, sementara target pemerintah adalah 400 ribu spesimen.
Dari sisi ekonomi, perlambatan terlihat jelas pada rendahnya permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa. Hal ini seiring dengan turunnya mobilitas masyarakat, khususnya di wilayah perkotaan.
"Kami mengamati harga pangan dan biaya transportasi sebagian besar mencatat deflasi bulanan di tengah pemberlakuan PPKM darurat, yang melemahkan permintaan dan membatasi mobilitas masyarakat," kata Andry Asmoro, Kepala Ekonom Bank Mandiri dalam pesan singkatnya kepada CNBC Indonesia.
Dampak lebih lanjut dirasakan oleh sektor-sektor tertentu yang tadinya beranjak pulih, seperti ritel. Penutup pusat perbelanjaan membuat pelaku industri tersebut sangat terpukul bahkan tidak sedikit yang berakhir tutup.
Dalam skenario Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, pertumbuhan ekonomi kuartal III diprediksi melambat ke 4,0 - 5,4% yoy dan kuartal IV 4,6 - 5,9%. Bila tidak ada tekanan lagi, maka ekonomi sampai akhir tahun diproyeksikan di level 3,7-4,5%.
(mij/mij)