
Corona Belum Kelar-Kelar, Bos Mal Putar Otak Tetap Bertahan!

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi Covid-19 yang menghantam Indonesia sejak Maret 2020 memberi dampak besar bagi ekonomi di Tanah Air. Salah satu sektor yang sangat terdampak adalah pusat perbelanjaan atau mal. PPKMĀ membuat mal-mal di kawasan level 4 masih harus tutup, sedangkan level di bawahnya buka terbatas.
Pusat perbelanjaan menjadi subsektor properti yang terdampak paling dalam selama pandemi Covid-19. Itu lantaran adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat yang diputuskan pemerintah.
Adanya pembatasan ini tentunya membuat pusat perbelanjaan minim pengunjung dan berpengaruh terhadap tenant. Sepinya pengunjung dan lesunya daya beli masyarakat membuat pengusaha mal terus merugi.
Business Development Director of Pakuwon Group Ivy Wong mengatakan bahwa meski bisnis pusat belanja sedang lesu, tapi Kota Kasablanka Mal (Kokas) memiliki strategi sendiri untuk menarik pengunjung.
"Perusahaan optimistis dengan kita punya konsep di Kokas karena ini sangat sosial banget. Kita punya bisnis ruang perkantoran dan apartemen di kawasan Kota Kasablanka jadi semua ada dalam satu lokasi," ujar Ivy dalam acara diskusi MarkPlus,Inc Shopping Mall: What's Next?, Kamis (29/7/2021).
Ia mengatakan bahwa saat ini telah ada tiga gedung perkantoran di kawasan Kokas dimana itu bisa menjaga traffic pengunjung saat hari kerja. Dimana umumnya para pekerja di kawasan tersebut lebih sering datang ke Kokas.
Sementara untuk akhir pekan, Kokas memiliki strategi lainnya yakni dengan menghadirkan event pop-up store, gelar diskon dan fasilitas omni channel.
"Kita jaga traffic dan sekarang office kita ada 3 gedung. Weekday traffic sangat susah tapi Kokas kini punya kuncinya. Untuk weekend kita buat event pop up store sangat penting. Saya percaya ini kita harus lakukan ini bersama dengan tenant dan enggak bisa sendiri-sendiri karena hasilnya tidak akan baik," paparnya.
Saat yang sama Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Perbelanjaan Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja mengatakan pelaku usaha ritel modern harus melakukan sejumlah inovasi.
Menurutnya, melihat dari kondisi pandemi Covid-19 yang masih berlangsung sebenarnya masyarakat sudah tidak memerlukan tempat belanja. Untuk itu, pengelola pusat perbelanjaan/mal harus membuat konsep baru agar pengunjung tetap datang.
"Saya ingin fokus bahwa pengelola pusat perbelanjaan pengunjungnya sudah kuat dan untuk itu mereka harus berinovasi. Mereka (pengunjung) tidak perlu lagi tempat belanja karena sekarang banyak alternatif untuk belanja," ujar Alphonsus.
Ia mengatakanĀ diperlukan adanya paradigma baru dengan membuat konsep baru yang bisa memenuhi kebutuhan pengunjung dan tenant.
Para pengelola pusat perbelanjaan juga harus memberikan konsep baru, di mana pengelola tidak hanya menyewakan kepada tenant untuk berjualan saja, melainkan juga membantu para tenant untuk mengembangkan bisnisnya supaya barangnya laku dibeli pengunjung mal.
Menurutnya, jika pengelola pusat perbelanjaan masih mengedepankan penyewaan tempat saja, maka bukan tidak mungkin mal tersebut akan terlibas alias bangkrut. Itu lantaran pengunjung/konsumen mempunyai banyak pilihan untuk berbelanja.
"Jadi harus ada kombinasi agar bisa memenuhi antar kebutuhan konsumen dan tenat, sehingga tidak akan terjadi perdebatan antara penyewa dan pengelola. Serta, pengelola kini harus bisa beradaptasi dengan memberikan fungsi baru berbelanja kepada pengunjung," katanya.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bisnis Karaoke Bangkit dari 'Kubur', Langsung Dihantam Pajak