Internasional

Ramalan Terbaru dari WHO soal Kapan Pandemi Covid-19 Berakhir

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
28 July 2021 07:10
The logo of the World Health Organization is seen at the WHO headquarters in Geneva, Switzerland, Thursday, June 11, 2009. The World Health Organization held an emergency swine flu meeting Thursday and was likely to declare the first flu pandemic in 41 years as infections climbed in the United States, Europe, Australia, South America and elsewhere. (AP Photo/Anja Niedringhaus)
Foto: Logo World Health Organization (WHO) (AP Photo/Anja Niedringhaus)

Jakarta, CNBC Indonesia - Meskipun sejumlah negara telah memilih untuk berdamai dengan virus corona (Covid-19), namun Badan Kesehatan Dunia (WHO) melihat pandemi belum akan berakhir.

Ini setidaknya hingga pertengahan 2022 mendatang. Proyeksi ini dipicu oleh rendahnya angka vaksinasi di seluruh dunia.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan WHO kecewa dengan kegagalan negara-negara kaya untuk membantu memvaksinasi negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Ia menyebut hal ini yang mencegah pandemi berakhir.

"(Pandemi) akan berakhir ketika dunia memilih untuk mengakhirinya, karena solusinya ada di tangan kita," ujarnya dikutip Newsweek, Selasa (27/7/2021).

Dia mengumumkan tujuan global untuk memvaksinasi setidaknya 10% dari populasi setiap negara pada September 2021. Ia berharap mencapai 40% pada akhir tahun dan kemudian 70% pada pertengahan tahun depan.

"Ini adalah tonggak penting yang harus kita capai bersama untuk mengakhiri pandemi," tegasnya lagi.

Dia menyebut ketidakadilan vaksin sebagai "kegagalan moral" dan "mengalahkan diri sendiri secara epidemiologis dan ekonomis". Pakar kesehatan telah menunjukkan bahwa tingkat vaksinasi yang rendah di wilayah tertentu di dunia memungkinkan virus menyebar dan meningkatkan kemungkinan pembentukan mutasi baru.

Menurut Tedros, mencapai target vaksinasi 70% dari populasi setiap negara membutuhkan 11 miliar dosis vaksin. Untuk mengisi kesenjangan segera dalam pasokan vaksin, ia mengatakan negara-negara kaya perlu mulai berbagi dosis daripada menimbun.

Namun, itu hanya solusi jangka pendek. Tedros mengatakan dunia perlu "secara dramatis" meningkatkan jumlah vaksin yang sedang diproduksi untuk membantu negara-negara berpenghasilan rendah.

"Ada banyak penyakit yang membuat kami kekurangan vaksin, tes yang baik, dan perawatan yang efektif. Tidak demikian untuk Covid-19. Kami memiliki semua alat yang kami butuhkan," paparnya.

"Itu berarti mengakhiri pandemi pada dasarnya bukanlah ujian penemuan ilmiah, kekuatan finansial, atau kecakapan industri; ini adalah ujian karakter."

Sejauh ini lebih dari 2 miliar orang telah divaksinasi, terhitung sekitar seperempat dari populasi global. Namun jumlah ini jauh di bawah 70% yang dibutuhkan untuk berpotensi mencapai kekebalan kelompok (herd immunity) karena sebagian besar dari vaksinasi tersebut hanya di beberapa negara.

Dari data Worldometers, per Selasa ini ada 195 juta warga dunia yang telah terinfeksi Covid-19 dengan 4,1 juta kematian. Namun ada 177 juta kasus sembuh.

Ada total 13,9 juta kasus aktif. Sebanyak 85 ribu orang berada dalam situasi serius bahkan kritis.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Data Baru Sebut China Sudah Kaji Covid Sebelum Pandemi Meledak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular