Dampak Pandemi

Runtuhnya Kejayaan Tanah Abang, Kios-Kios Ditinggal & Kosong!

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
27 July 2021 14:55
Ruko Pasar Tanah Abang. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ruko Pasar Tanah Abang. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kalangan pedagang pasar di Tanah Abang mengkhawatirkan aktivitas di pasar tersebut bakal mati suri akibat terdampak pandemi yang berkepanjang. Padahal, Pasar Tanah Abang sempat dinobatkan menjadi pasar tekstil terbesar di Asia Tenggara karena ramainya kegiatan dan murahnya produk yang dijual.

Kini, nasibnya justru berbeda, banyak pedagang yang sudah tidak bisa berjualan karena sudah kehabisan modal. Tidak sedikit yang gulung tikar dan memilih untuk mencoba peruntungan dengan beralih profesi. Di sisi lain, pembeli juga sudah tidak berani datang langsung ke pasar.

"Perlu dipikirkan gimana merangsang kembali ke pasar, itu PR pemerintah dan Pemda Pasar Jaya. Dulu ada kekhawatiran pasar ditinggal pembeli, sekarang kekhawatiran pasar ditinggal pedagang. Lama-lama bisa jadi gedung kosong pasarnya," kata Tokoh Pedagang Pasar Tanah Abang Yasril Umar kepada CNBC Indonesia, Selasa (27/7/21).

Beberapa waktu lalu, kekhawatiran pembeli meninggalkan Pasar Tanah Abang karena banyak konsumen yang sudah beralih ke pembelian via daring. Namun kini, justru satu per satu pedagang yang pergi meninggalkan pasar Tanah Abang.

Yasril memperkirakan selama beberapa waktu terakhir, lebih dari setengah pedagang di Tanah Abang sudah tidak beroperasi. Kondisi diperparah dengan adanya PPKM darurat selama lebih dari dua pekan pada minggu, sehingga pedagang tidak boleh berjualan.

"Kebijakan Pasar Jaya seharusnya ada pembebasan service charge atau keringanan, karena sebulan nggak dagang di Juli ini. 2020 bulan April-Mei bebas, Juni 50% keringanan. Sedangkan Oktober, November, Desember 20% dipotong. Sekarang belum ada keputusan, selain keringanan service charge, kalau ada yang menunggak ditolerir dulu, mereka terpenting bisa meramaikan pasar, jangan yang menunggak disegel," kata mantan Ketua Koperasi Pedagang Pasar Tanah Abang ini.

Kondisi ini berbeda ketika pedagang pasar Tanah Abang berada di masa kejayaan sekitar 10 tahun lalu. Banyak pedagang grosir di daerah, seperti Kalimantan dan Sumatera rela melintasi pulau untuk berbelanja di pasar ini untuk kemudian dijual lagi di daerah asal. Mereka rela datang ke Tanah Abang karena harga produknya yang murah dan bisa bersaing.

"Indikatornya wisma-wisma penginapan sekitar Kebon Kacang itu penuh, ekspedisi angkutan truk penuh, sekarang kan mati total, nggak ada yang datang. Kalau ada paling satu per satu. Kalau Jabodetabek atau wilayah Bandung, dulu Senin dan Kamis itu pagi berbondong-bondong datang ke Tanah Abang. Sekarang beda," sebut Yasril.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Kios Tanah Abang Hancur-Hancuran, Diobral Bahkan Gratis

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular