Begini Nasib Ekonomi RI Sesuai Ramalan Sri Mulyani dan Luhut

Chandra Gian Asmara & Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
27 July 2021 07:00
Menko Kemaritiman Luhut Pandjaitan dan Menkeu Sri Mulyani/Foto: Ari Saputra, Detik
Foto: Menko Kemaritiman Luhut Pandjaitan dan Menkeu Sri Mulyani/Foto: Ari Saputra, Detik

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah telah menyiapkan berbagai skenario terkait penyebaran kasus positif covid-19. Dari skenario berhasil, moderat hingga tentu saja paling berat.

Skenario berhasil sebenarnya sempat disusun pemerintah ketika awal tahun. Pemerintah membayangkan covid akan berakhir pada April 2021. Hanya saja tidak terwujud.

"Pada saat awal 2021 karena diprediksi saat itu bahwa covid akan selesai di April, dengan pertimbangan-pertimbangan bermacam-macam termasuk vaksin," ungkap Menteri Sosial Tri Rismaharini dalam konferensi pers, Senin (26/7/2021)

Fokus pemerintah saat itu bergeser ke percepatan pemulihan ekonomi nasional. Terlihat beberapa pos belanja dalam penanganan covid mulai dikurangi. Misalnya pemberian insentif maupun bantuan sosial (bansos).

Selang beberapa bulan, tepatnya pasca Hari Raya Idul Fitri, kasus covid menanjak. Penyebabnya memang tak lepas dari mudik, lemahnya protokol masyarakat dan kehadiran varian delta serta ketidaksigapan pemerintah membaca situasi.

Dalam sebulan kasus covid terus-menerus mencapai rekor tertinggi, hingga di atas 50 ribu dalam sehari. Rumah Sakit (RS) di pusat kota tidak mampu lagi menampung pasien, tenaga kesehatan kewalahan hingga obat dan oksigen langka. Hasilnya tercermin dari kematian di atas 1.000 orang per hari.

Pemerintah mengambil respons lewat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Darurat untuk Jawa Bali yang dikomandoi oleh Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan. Skenario terburuk yang disiapkan adalah kesiapan fasilitas kesehatan ketika kasus positif mencapai 40 ribu per hari .

"Kita sudah hitung worst case, lebih dari 40 ribu gimana suplai oksigen, obat, rumah sakit, semua sudah kami hitung," tegas Luhut.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati telah menyiapkan skenario buruk terhadap perekonomian Indonesia sejak awal dimulainya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Darurat. Apa ekonomi RI akan kembali resesi?

Dalam skenario tersebut, Sri Mulyani memperkirakan PPKM Darurat atau kini berganti dengan PPKM Level 4 terjadi sampai dengan 4-6 minggu. Skenario itu tidak menempatkan Indonesia akan kembali resesi lagi.

Pertumbuhan ekonomi kuartal III diprediksi melambat ke 4,0 - 5,4% yoy dan kuartal IV 4,6 - 5,9%. Bila tidak ada tekanan lagi, maka ekonomi sampai akhir tahun diproyeksikan di level 3,7-4,5%.

Skenario ini dibutuhkan pemerintah untuk menyesuaikan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Misalnya ketika ekonomi melemah, maka pendapatan negara dimungkinkan turun. Sehingga perlu disiapkan antisipasi dari sisi belanja maupun utang.

Sementara itu Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Tanah Air pada tahun ini pada kisaran 3,5-4,3% atau pada titik tengah 3,9%.

Salah satu dampak yang terlihat di lapangan akibat pengetatan adalah volume transaksi. Di sisi ritel melalui SKNBI maupun nilai besar melalui RTGS, pada Juni sampai Juli terjadi penurunan. Meski penurunannya tidak sebesar yang diperkirakan sebelumnya.

"Kami akan melihat 2022 lebih baik. Kami perkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan membaik, kalau tahun ini 3,5-4,3%, tahun depan 4,6-5,4%," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam CNBC Economic Update dengan tema 'Kebangkitan Ekonomi Indonesia'.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Luhut: Mal Bisa Beroperasi, Kapasitas 25% & Buka Hingga 17.00

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular