Tesla Pilih Australia, Gimana Kelanjutan Negosiasi dengan RI?

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
23 July 2021 19:50
FILE PHOTO: A Tesla Model X vehicle is charged by a supercharger outside a Tesla electric car dealership in Sydney, Australia, May 31, 2017.  REUTERS/Jason Reed/File Photo
Foto: REUTERS/Jason Reed

Jakarta, CNBC Indonesia - Lama tak terdengar kelanjutan negosiasi antara pemerintah Indonesia dengan raksasa mobil listrik asal Amerika Serikat, Tesla, tiba-tiba justru terdengar kabar bahwa Tesla mencapai kesepakatan dengan perusahaan tambang nikel Australia.

Tesla disebut telah mencapai kesepakatan dengan perusahaan tambang Inggris-Australia, BHP, untuk menjamin pasokan nikel bagi kendaraan listrik pabrikannya, kemarin, Kamis (22/07/2021), seperti dikutip dari AFP.

Berdasarkan perjanjian tersebut, Tesla akan mengunci pasokan nikel dari sebuah tambang di Australia Barat, salah satu sumber nikel terbesar di dunia.
Sebagian besar nikel saat ini digunakan dalam produksi baja tahan karat alias stainless steel.

Tetapi permintaan untuk logam tersebut diproyeksikan akan meledak selama dekade berikutnya, karena kendaraan listrik menjadi lebih umum.

CEO Mercurial Tesla Elon Musk sebelumnya telah menyuarakan keprihatinan tentang kekurangan nikel di masa depan yang dapat mengerem efisiensi dan kapasitas penyimpanan baterai, serta membuatnya lebih mahal untuk diproduksi.

Chief Commercial Officer BHP Vandita Pant memperkirakan permintaan akan "tumbuh lebih dari 500% selama dekade berikutnya" dan sebagian besar berkat bisnis nikel untuk-baterai, seperti dikutip dari AFP, Kamis (22/07/2021).

Lantas, bagaimana dengan rencana pemerintah Indonesia menggaet Tesla? Sudah sejauh mana progresnya? Apakah rencana kerja sama dengan perusahaan milik Elon Musk ini akan tetap berlanjut atau batal?

Deputi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Septian Hario Seto akhirnya angkat suara. Dia mengatakan, pembahasan dengan Tesla masih terus berlangsung hingga saat ini.

"Masih on going," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Jumat (23/07/2021), saat ditanya bagaimana kelanjutan negosiasi antara pemerintah Indonesia dengan Tesla.

Namun sayang dia enggan berkomentar lebih lanjut seputar negosiasi ini.

Seperti diketahui, pada awal Februari 2021 Seto mengatakan pemerintah Indonesia telah menerima proposal rencana investasi Tesla di Indonesia.

Menurutnya, proposal rencana investasi yang ditawarkan Tesla berbeda dengan calon mitra yang lain seperti perusahaan asal China, CATL, dan perusahaan asal Korea Selatan, LG.

Perbedaan ini karena teknologi dasar yang digunakan Tesla berbeda dengan kedua perusahaan lainnya itu.

"Kalau saya lihat, memang proposal yang mereka berikan agak beda dengan CATL dan LG Chem karena sepintas memang base techno mereka agak beda. Ini dari kami excited kerja sama dengan Tesla," ungkapnya saat konferensi pers, Jumat (05/02/2021).

Dia mengatakan, Tesla kemungkinan akan berinvestasi di bidang energy storage system (ESS). ESS ini seperti 'power bank' raksasa dengan giga baterai skala besar yang bisa menyimpan tenaga listrik besar hingga puluhan mega watt, bahkan hingga 100 MW untuk stabilisator atau untuk pengganti sebagai pembangkit peaker (penopang beban puncak).

Selain itu, lanjutnya, Tesla menyampaikan bahwa negara Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang berpotensi mengombinasikan energi baru terbarukan dengan teknologi ESS ini.

"Mereka sampaikan pada kita bahwa mereka dari sisi permintaan dengan negara lain sudah sangat tinggi, tapi suplai ESS tidak banyak. Mau kerja sama dengan Indonesia dengan negara kepulauan potensi EBT mereka bisa kombinasikan teknologi ESS di Indonesia," jelasnya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Luhut soal Tesla: Sampai Hari Ini Kita Masih Bicara

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular