Jubir Kemenkes: Kita Tak Bisa Pilah-Pilih Vaksin
Jakarta, CNBC Indonesia - Sinovac, vaksin Covid-19 asal China kian diragukan dan dicoret oleh sejumlah negara karena dianggap tidak efektif melawan varian baru corona seperti varian delta.
Terbaru, Malaysia telah memutuskan untuk tak lagi memakai Sinovac untuk program vaksinasi. Sebelumnya, Thailand juga dikabarkan mulai ragu dengan vaksin tersebut, terutama dalam melawan berbagai macam varian baru Covid-19.
Di Indonesia sendiri, masyarakat mulai meragukan efektivitas vaksin Sinovac. Pasalnya, banyak tenaga medis yang sudah mendapatkan dua dosis vaksinasi malah terpapar virus corona.
Lantas, apa kata pemerintah terkait hal ini?
"Di masa pandemi tentunya kita tidak memilih vaksin karena semua sudah melalui uji klinis," kata Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi kepada CNBC Indonesia, Sabtu (17/7/2021).
Beberapa waktu lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengemukakan bahwa vaksin Sinovac mampu mencegah penyakit simtomatik pada 51% dari mereka yang divaksinasi dan mencegah gejala Covid-19 untuk usia 18 tahun ke atas.
Namun, kemanjuran Sinovac belum sepenuhnya teruji untuk orang di atas usia 60 tahun. Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan New England Journal of Medicine, Sinovac memiliki tingkat keampuhan atau efikasi 65,9% terhadap Covid-19.
Nadia mengatakan vaksin Sinovac merupakan satu dari berbagai macam vaksin yang sudah direkomendasikan sebagai vaksin Covid-19 dan sudah mendapatkan emergency use of listing (EUL), sehingga masyarakat tidak perlu khawatir.
"Artinya sudah memenuhi kriteria WHO. Prinsipnya untuk penanggulangan pandemi, kita semakin banyak dan semakin cepat orang yang mendapatkan vaksin," katanya.
(cha/cha)