Covid-19 Indonesia

47 Ribu Kasus Covid Bukan yang Terburuk, Ada Gelombang Lagi?

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
Rabu, 14/07/2021 08:20 WIB
Foto: Sejumlah petugas pemakaman lengkap dengan menggunakan alat pelindung diri (APD) memakamkan jenazah Covid-19 di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Rorotan, Kota, Jakarta Utara, Jumat (25/6/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Angka penambahan kasus virus corona di tanah air terus meroket dan bahkan menciptakan rekor baru. Epidemiolog memperkirakan, penambahan kasus masih akan bertambah ke depannya.

Seperti diketahui, berdasarkan data Kementerian Kesehatan dengan dengan adanya penambahan kasus 47.899 pasien pada Selasa (13/7/2021), maka total terkonfirmasi positif di Indonesia sudah menembus 2.615.529 kasus.

Dengan kasus kesembuhan bertambah 20.123 orang, total ada sebanyak 2.139.601 orang. Kemudian ada 864 orang meninggal dunia dalam sehari. Total angka kematian Covid-19 menjadi 68.219 orang.


Berdasarkan laporan 'Situasi COVID-19 di Indonesia' yang disampaikan BNPB, ada 181.043 orang suspek Corona pada Selasa (13/7/2021) kemarin dan terdapat 227.083 spesimen yang diperiksa.

Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra mengungkapkan jumlah penularan kasus di Indonesia masih akan terus naik.

Pasalnya meskipun pemerintah menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Darurat, namun mobilitas masyarakat masih diperbolehkan untuk keluar rumah, terutama bagi mereka yang bekerja di sektor esensial.

Disamping itu juga masuknya virus corona varian Delta di Indonesia juga membuat penularan cepat terjadi. Juga adanya euforia vaksin. Vaksinasi walaupun merupakan harapan dalam upaya pencegahan, tapi vaksin ini menurut Hermawan membuat orang menjadi abai.

"Setelah divaksin jadi permisif, ini juga harus hati-hati. Karena kedisiplinan dan kejenuhan masyarakat, sehingga tingkat penanganan covid belum mampu mengikuti kecepatan penularan, justru penularan terus terjadi," jelas Hermawan kepada CNBC Indonesia, Selasa (13/7/2021).

Oleh karena itu, menurut Hermawan angka penularan kasus Covid-19 bisa terus meningkat, tergantung dari berapa banyak spesimen yang diperiksa oleh pemerintah.

Padahal, menurut Hermawan jika jumlah kasus aktif virus corona di Indonesia sudah mencapai 400.000, semestinya jumlah spesimen yang diteliti harus sebanyak 900.000 hingga 1 juta per hari.

"Kemarin dengan kasus penambahan 40.000 ada 149.000 spesimen, nah perkiraan 60.000 - 75.000 subject atau orang yang diperiksa. Anggap ada 75.000 orang yg diperiksa tapi temuannya 40.000 berarti kan tinggi sekali. Positivity ratenya di atas 40%," ujarnya.

Hermawan pun menyarankan kepada pemerintah untuk memacu agar testing dan spesimen yang diperiksa bisa lebih ditingkatkan. Jikalau spesimen yang diperiksa mencapai 900.000 sampai 1 juta per hari, maka angka penambahan kasus positif dalam sehari bisa bertambah 100.000 kasus, namun masyarakat tidak perlu khawatir.

"Bisa sampai 100.000 per hari bisa tembus. Tapi sekali lagi, tidak perlu kaget dengan angka, karena memang kita sudah stagnan dan rumah sakit (RS) rujukan sudah tidak sanggup semua sebenarnya," tuturnya.

"Di Pulau Jawa semua RS rujukan sudah over capacity. Seandainya masyarakat terjadi masif transmission luar biasa, kita tidak kaget dengan kasus positif. Tapi justru dengan temuan kasus cepat kita bisa mengukur cepat dan menyelamatkan jiwa lebih cepat, begitu prinsipnya," kata Hermawan melanjutkan.

Hal senada juga diungkapkan oleh Epidemiolog Griffith University, Dicky Budiman. Menurut dia Indonesia masih akan menuju puncak angka penularan hingga lebih dari bulan Juli.

Sebetulnya, kata Dicky bisa untuk memberhentikan lonjakan penularan virus, asalkan ada upaya intervensi yang lebih masif lagi dari pemerintah melebihi PPKM Darurat.

PPKM Darurat, menurut Dicky lebih baik dilakukan terus, sambil masing-masing kota di Indonesia terus meningkatkan tracing, testing, dan treatment (3T), Minimal harus bisa melakukan testing terhadap 500.000 spesimen setiap hari.

"Kemudian ada pembatasan mobilitas dan kunjungan rumah, itu akan mengurangi ledakan kasus yang besar dan akan mempercepat terjadinya puncak atau jadi lebih cepat landainya. Tapi tidak bisa cepat-cepat juga, butuh 2-3 minggu," jelas Dicky kepada CNBC Indonesia.

Jika pemeriksaan spesimen sudah mencapai 500.000 sambil diikuti tracing dan treatment atau isolasi mandiri, maka angka penularan kasus virus pun bisa dikendalikan.

"Puncak skenario yang terjadi bisa skenario terburuk. Bisa seperti proyeksi health metric 1 juta terinfeksi. Kalau saya masih di 500.000an. Kalau intervensinya seperti ini, baru akan melandai hingga akhir September," kata Dicky melanjutkan.


(mij/mij)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Covid-19 Kian Dianggap Biasa, Masyarakat Diminta Tetap Waspada